Lihat ke Halaman Asli

Entah Aku Entah Berantah

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1396079725601614730

Ilustrasi: http://dancok.deviantart.com/

Masuk dalam kekakuan hipno tak bertuhan,

menjalar pleno-pleno malam yang mulai beruban

Menjelajah sebatang lorong dan jejawut yang selalu kalang kawut ,

diantara rambut sampai rona rumput

Kolibri ranjang,

semangkuk arang

hingga seungguk tangga yang tak pernah bisa terbaca

berbata-bata

Kapling-kapling guling berdesakan menjadi isteri,

bersuling, berkeliling, tak terinjak anjing-anjing maling

Deretan kartu dewa yang selalu ramai didendangkan dawai,

kadang bercerai hingga saat ini pun berubah ramah menjadi marah

Dinding keramik basah,

reunian orang-orang susah,

berkumpul pikul meniti simpul,

tapi bukan simpul mati!

Didalamnya,

aku menghabiskan rakaat berabad-abad,

bertasbih-tasbih dzikir

dari mahir sampai kini mulai kikir

***

Sajadah tangan ini yang tak pernah lagi aku setubuhi,

mulai pikun, berlari dengan bahasa-bahasa kemangi

Belajar kata-kata, kemudian aku terlupa, manja disiksa, pergi dicari, janji dimaki,

melebur bersama-sama hancur tak terukur

Aku bebal dengan pepatah darah yang tertangkap diujung hidung dan terkulai sepi dalam segelas kopi

Kutanyakan lagi kartu-kartu dewa yang mulai papa bersama perkusi setan yang menertawakan aku dan tuhan

Tak tahu malu aku, menantang ranjang yang di kebiri, bersama rumput dekat dengan aduan tuhan

Entah sampai tubuhku yang menjadi batu ataupun tuhan yang tak pernah rela aku tertidur diragaku

Aku tak tahu dimana aku yang selalu rindu dengan tuhan, ibu dan bapakku.

Mahatan, 2012

NB: Pernah dipublikasikan di http://aangsalmanalfarisia14090034.blogspot.com/ dan di https://www.facebook.com/aang.salmanalfarisi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline