Lihat ke Halaman Asli

“Pada Masanya”

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13959334651790242619

Telah aku kirim pada pesan elektronik miliknya



http://www.worldstories.org.uk/

Senyum sumpah para penyembah surga

Penduga yang tak pernah tahu dari mana arahnya

Mengiblat  searah makam tempat orang shalat

Menebar bibit yang berjumlah banyak lebih dari orang dzikir

dan sebelum ada titik di sana

takkan pernah ada yang berhenti

melainkan jeda

***

Malam itu kita jadikan senyum dari bermacam-macam pendirian orang tentang kebahagiaan

tentang serupa sihir yang kau duga sebagai cenayang yang kadang membayang

Tukar menukar menjadi bagian dari jual beli yang kita sepakati tentang hati

Apa kau suka biru? apakah itu kepunyaan langit atau kepunyaan laut, entah

Aku suka warna biru seperti kepada pembuat warna itu, pembuat merah, kuning, dan berbagai warna yang selalu mewarni di keadaan cahaya dan kamu termasuk di dalamnya

Ada perasaan haru selalu, ketika malam meniadakan siang lantas kau ada di sana di beranda malam walaupun hanya sekedar menengok rumah lamamu yang diam-diam selalu kulewati sebelum aku sampai di rumah

Pada masanya, adakalanya diam menyulam menjadi pualam menyalami bermacam tangan dan ada aku pada akhir sapaannya

Menyapamu dengan begitu lembut bersama seseorang seperti aku di masa kecil dan seseorang yang mewarisi paras rupamu

Bayangan memang selalu menerawang, bebas melanglang terbang kemanapun hendak ia berada dan aku harap kepunyaan kita yang ada di sana

* Hujan, 110314*

NB: Jika diperkenankan untukku berbisik, sejumlah waktumulah aku akan berbisik




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline