Selain dataran tinggi Bedugul yang sudah dibahas penulis sebelumnya. Ada lagi dataran tinggi di Bali yang ikonik dan juga tak kalah indahnya. Daerah tersebut adalah dataran tinggi Kintamani yang terletak 64 km dari arah utara Kota Denpasar dan dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit. Disini banyak terdapat beberapa spot menarik untuk dikunjungi. Bagi yang ingin sekedar menikmati pemandangan Gunung Batur dan danaunya bisa mampir ke kafe-kafe yang berjajar di pinggir tebing.
Namun bagi yang penasaran dan ingin melihat lebih dekat pemandangan di sekitar Danau Batur bisa menuruni tebing. Tebing-tebing tinggi tersebut melingkari Gunung Batur dan Danau Batur yang berada ditengah-tengahnya. Membentuk sebuah kawah purba yang dinamakan kaldera mirip seperti kaldera bromo yang berada di Jawa Timur.
Dibandingkan dengan kaldera bromo yang terdiri dari pasir vulkanik yang sangat luas, kaldera batur terdiri dari danau, vegetasi hutan dan sebagian besar semak. Terdapat jejak sejarah pada lereng gunung batur. Yakni adanya lava tumuli, batuan metamorf/beku yang membentuk kontur batu karang kasar le arah danau.
Kaldera Gunung Batur
Secara eksplisit Gunung Batur adalah sebuah gunung vulkanik aktif di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia. Pada arah tenggara dari kaldera yang berukuran besar berisi danau kaldera. Proses terjadinya kaldera besar dibentuk oleh runtuhnya ruang magma gunung berapi purba di masa lalu. Hal ini tentu saja sangat menarik untuk dikaji dan diteliti oleh para topografi dan vulkanolog.
Dilihat dari historisnya Gunung Batur sudah meletus berkali-kali. Aktivitas erupsi gunung batur yang tercatat dalam sejarah dimulai sejak tahun 1804 dan letusan terakhir terjadi tahun 2000. Sejak tahun 1804 hingga 2005, Gunung batur telah meletus sebanyak 26 kali dan paling dahsyat terjadi tanggal 2 agustus dan berakhir 21 september 1926. Tentunya adanya erupsi yang berkali-kali ini menyisakan dua sisi bagi kehidupan masyarakat Kintamani. Sisi baiknya abu erupsi gunung berapi akan menyuburkan lahan di sekitarnya dan sisi buruknya, penduduk harus rela mengungsi karena terjangan awan panas yang menimbun perkampungan di lereng Gunung Batur.
Lava Tumuli
Dibalik sebuah bencana alam pasti selalu ada hikmah yang dapat diambil. Erupsi Gunung Batur pada tahun 1888 Masehi menghasilkan lava tube dengan morfologi permukaan membentuk tumuli sehingga disebut lava tumuli. Lahar panas yang perlahan-lahan membeku membentuk lava tumuli yang terhampar dari kaki Gunung Batur hingga menggapai Danau Batur. Sabana dengan rumput kering terbentuk di sela-sela lava tumuli.
Kumpulan lava padat yang sudah mengeras ini terbentuk karena morfologi lava akibat dari tekanan horizontaldari hulu aliran lava. Tekanan tersebut membentuk perbukitan elips, seperti yang di jumpai di kawasan kaldera Batur. Sebuah tempat menarik yang menjadi saksi bisu dan bukti sejarah alam bagaimana dahsyatnya dan mengerikannya erupsi gunung batur.
Di sepanjang jalan menuju kawasan lava tumuli ada pemandangan yang membuat iba jika diperhatikan. Jejak pemukiman yang mencuat dari dalam tanah atau lebih tepatnya rumah-rumah penduduk yang tertimbum oleh erupsi Gunung Batur. Semakin ke dalam ke hutan nampak atap-atap atau tiang-tiang yang tersisa. Kini bekas pemukiman tersebut hanya menjadi saksi bisu adanya kehidupan di masa lampau.