Lihat ke Halaman Asli

Ahmad J Yusri

Mahasiswa Fisika UIN Malang

Sepeda Kuliah

Diperbarui: 23 September 2020   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi sepeda bekas (sumber: qureta.com)

Jarak antara asrama dan dan gedung kuliah cukup jauh , mengharuskanku mempunyai kendaraan untuk menghemat tenaga dan waktu. Jika membeli motor sudah pasti, uang kiriman dari orangtuaku tidak cukup . Maka sepedalah yang jadi pilihanku.

                Pagi itu aku diantarkan kawanku Ali  ke pasar Comboran Kota Malang,  pasar yang terkenal dengan barang bekas alias loakan . Nampak sepanjang jalan terhampar banyak bermacam-macam barang dari onderdil motor , alat-alat perkakas, Tas-tas bekas, baju  baju bekas dan semua hal yang bekas-bekas.

                Setiba kami disana, aku tak melihat lapak sepeda satupun dan terus berjalan mengikuti jalan besar kearah selatan . Sampailah pada toko sepeda bekas atau lebih tepat disebut bengkel sepeda karena adanya tumpukan sepeda yang tumpang tindih mengisi setengah dari lapak sepeda. Semua nampak kusam dan tak terawat .

                “Pilih yang mana mas , kalau yang Oren itu hanya 800 ribu , masih kuat “ Tawar Bapak penjual berkumis baplang yang sedang sibuk mereparasi .

                “Gimana bang hisyam ? mau diambil ? “ Tanya Ali padaku.

                Aku kurang yakin dengan nasib sepeda oren ini disini. Aku khawatir ada kerusakan meskipun sepeda ini nampak baik dari luarnya. Dan kesimpulannya , aku tak jadi membeli sepeda disini.

                Karena tak mau mencari dengan kesia-siaan , Aku mengandalkan google maps untuk mencari lapak sepeda dan khusus menjual sepeda bekas. Tampak ada titik-titik merah menunjukan lokasi yang harus dituju.

                Tak disangka  titik lokasi menunjukan tempat yang sama yaitu Pasar Comboran, hanya saja kami agak berbelok ke kanan ke arah Pasar Besar . Disanalah berderat panjang jajaran sepeda bekas . Sepeda ditempat itu lebih terawat daripada lapak yang kukunjungi sebelumnya.

                Agak lama juga ku memerhatikan sepeda-sepeda , melihat detail merek, kondisi ban, kinerja rem sekaligus menanyakan harga . Sampailah Aku dipenghujung deretan sepeda dan belum menemukan sepeda yang cocok . Hingga aku melirik seorang bapak yang merayu setiap pejalan kaki yang lewat . Dia juga merayuku sangat mataku tertuju padanya.

                Raut mukanya tampak tabah, beliau sangat semangat dalam membujukku. Mau tak mau, Aku mulai menanyakan harga sepeda satu persatu yang berderet .

                “Yang ini berapa pak ?” Tanyaku padanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline