..............., tapi maaf ,dengan berat hati nak , tolong untuk cita-citamu yang satu ini mamah belum bisa mengabulkan soalnya bapak sedang sakit parah fan
Terlahir dari keluarga sederhana tapi punya semangat yang membara . Sebuah ungkapan yang cocok bagi seorang pemuda yang bernama Irfan . Ia tinggal di rumah kecil beratap seng tua dengan bercak merah menandakan usia rumah yang sudah lama . Orangtuanya hanyalah penjual pakaian keliling yang tentu rejekinya tak menentu . Terkadang penjualanan laris dan kadang juga sepi , tak bisa diterka sedemikian rupa .
Meskipun begitu , sesusah apapun keadaan tapi pendidikan adalah nomor satu dan sangat diutamakan dikeluarganya . Semenjak SMP , Irfan selalu terdorong hatinya untuk melanjutkan studinya setinggi mungkin , sampai suatu saat ia bertemu seorang mahasiswa luar negri yang membuka cakrawala pikirannya untuk mengikuti langkah mahasiswa tersebut.
"Alhamdulillah adik-adik , saat ini saya sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama di dunia , yaitu Al-Azhar University . Banyak sekali ilmu yang bisa kita pelajari disana , tempatnya juga sangat menarik dan bersejarah , apalagi orang disana juga ramah-ramah ............" Ucap mahasiswa itu dengan penuh semangat.
Kisahnya yang menarik juga sarat pengalaman mengalihkan semua perhatian siswa-siswi kala itu . Termasuk Irfan yang termangu dan takzim mendengarnya.Sejak saat itu dia punya impian baru , yaitu ingin kuliah di luar negri entah itu Mesir ataupun Turki pikirnya.
Masa remaja di SMP sudah usai , tibalah waktu untuknya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi . Kebetulan orangtuanya sangat khawatir dengan pergaulan bebas di jaman sekarang , mau tak mau ia dimasukkanlah ke salah satu pesantren di Lebak , Banten.
Di pesantren yang kini menaunginya , Irfan tak pernah berhenti berjuang . Ia selalu belajar dengan tekun dan pantang menyerah sekalipun banyak kekurangan secara materiil. Bahkan untuk sarung maupun pakaian yang ia kenakan terkadang nampak tak layak dipandang lantaran lusuh ataupun ada noda kuning . Sampai-sampai ada yang mencercanya.
" Gak ada baju lagi apa akhi ? " atau ucapan " ko mirip gembel dia ya " terkadang ada juga yang iba "duh , kasihan betul dia pakaian dari kemaren gak ganti-ganti " . Semua perkataan itu ia ketahui baik terang-terangan maupun secara diam-diam .
Tapi ada saja teman yang baik hati meminjamkan bajunya kepada Irfan . " Irfan , ini kalo mau pake ambil aja , gak masalah yang penting dijaga baik-baik oke " ujar temannya yang kerap disapa Hajar.
Orangtuanya memang berjualan pakaian , tapi tidak pantas baginya berganti-ganti baju karena bagaimanapun baju tersebut adalah barang dagangan, begitu gumamnya. Pandangan teman-temannya selalu ia tanggapi dengan santai dan candaan , ia bagai bertelinga panci yang mana masuk kuping kanan tapi keluar kuping kiri . Beda halnya dalam belajar , ia selalu memperhatikan gurunya dengan betul-betul.
..................................................................................................................................