Lihat ke Halaman Asli

Iman Kurniawan

Blogger & Jurnalis Warga

Full Day School Bukan Urusan Menteri

Diperbarui: 10 Agustus 2016   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baru beberapa hari dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy sudah mengeluarkan wacana yang menuai kontroversi, yakni sekolah seharian penuh atau  Full Day School.

Wajar kalau rencana tersebut mendapat banyak kritikan masyarakat, walaupun baru sebatas wacana. Sebab, duduknya Muhadjir sebagai Mendikdud menggantikan Anies Baswedan saja sudah mendapat sorotan banyak pihak. Sebagian masyarakat menyayangkan langkah Presiden RI, sebab Anies Baswedan baru saja menjalankan programnya yang mulai dirasakan masyarakat tertutama dunia pendidikan.

Belum hilang rasa kecewa masyarakat, tiba-tiba Mendikbud baru, Muhadjir melontarkan gagasan yang sepertinya terlalu mengada-ngada, Full Day SchoolDengan alasan agar anak tidak sendiri ketika orangtua mereka masih bekerja. Sehingga, dengan sistem full day school  tersebut secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja.

Sontak wacana tersebut mendapat tanggapan banyak pihak, sebab tidak semua orangtua sibuk bekerja. Bahkan, di beberapa daerah, seorang anak juga memiliki tanggung jawab membantu orangtuanya di rumah. Belum lagi bila ditinjau dari aspek psikologi, sosial dan budaya. Menanggapi hal tersebut, Muhadjir mengaku masih mengkaji dan tidak akan menerapkannya di seluruh daerah, hanya di beberapa daerah saja dimana para orangtua sibuk bekerja.

Sepertinya, Mendikbud terlalu mudah mengeneralisir dan terkesan hanya menggampangkan saja. Pertanyaannya? Jakarta yang dikenal dengan kesibukannya 24 jam penuh, apakah seluruh orangtua di Jakarta sibuk bekerja? Apakah seluruh orangtua di Jakarta pulang sore?

Sebenarnya, kalau boleh memberi masukan, kebijakan sekolah seharian penuh bukanlah ranah yang harus diputuskan oleh seorang menteri. Masih banyak persoalan lain yang harus benar-benar diselesaikan oleh menteri. Kembalikan saja kebijakan full day school  ke masing-masing sekolah. Toh selama ini, tanpa kebijakan dari pemerintah pun sudah banyak sekolah yang memberlakukan sistem full day school . Misalnya saja SD Islam Terpadu (IT) hingga SMA/SMK IT. Hampir di seluruh daerah, Sekolah IT menerapkan sistem full day school . Di daerah saya saja yang notabenenya adalah kabupaten, pelajar Sekolah IT tersebut pulangnya pukul 16.00 WIB atau pukul 04 sore. Belum lagi sekolah-sekolah lainnya, sebagian juga sudah menerapkan system full day school .

Sehingga, para orang tua/wali siswa yang sibuk dengan pekerjaan dan harus pulang sore setiap harinya, lebih memilih menitipkan anak-anaknya di sekolah yang menerapkan system full day school. Bagi orang tua yang tidak sibuk atau jika ada salah satu orangtuanya yang bekerja di rumah, memilih menitipkan anak-anaknya di sekolah reguler atau sekolah yang setiap harinya pulang normal. Apabila orangtua menginginkan anaknya mondok di sekolah, bisa dititipkan di pondok pesantren. GAMPANG dan SIMPEL saja sebenarnya. Maka dari itu, menurut saya kebijakan full day school bukan urusan seorang menteri. Kembalikan saja kepada kebijakan sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline