Lihat ke Halaman Asli

Kolektor Potret Imaji Bulan

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

I

Ritual amat sakral

Dimulai dengan satu hal

Menanti malam-malam bulan bulat

Dimana bulan akan memancarkan sinarnya secara utuh

Cahaya hingga mana-mana

Merasuki sebagian jiwaku, membawa sejuta sukma keagungan sang rembulan

II

Malam itu tiba

Ia bawaku ke tempat tertinggi di kota

Pandang bulan kurun lima detik

Potret bulan dengan lensa mata

Pejam mata secara perlahan

Simpan potret dalam laci ingatan

III

Cium ia pada bibir ranumku

Katakan bahwa ia mengerti

Akulah kolektor potret imaji bulan



IV

Seharusnya putus pandang tiada berarti baginya

Namun itu sangat merisaukan setiap anganku

Hingga ia akan selalu terkungkung sendiri dan gelap

Sering kali ia sembunyi air mata di bawah kasurnya

Tetapi aku melihatnya

Tanpa ia ketahui pasti

Bahwa ia tak dapat melihatku lagi

Bahkan lagi, lagi dan entah sampai kapan



V

Keputusanku bulat

Seutuh bulan purnama malam ini

Kugenggam dua bulan inti di hidupku

Kupasangkan padanya saat ia tertidur di pangkuanku

Itu siang hari, tepat beberapa ribu detik sebelum bulan purnama tiba



VI

Ia terbangun, ia kerjap-kerjapkan matanya

Bisa ia lihat apa yang ada di sekitarnya

Pandanglah ia padaku

Sebelum katanya mengucur dan menenggelamkan aku

Ku katakan padanya

Percayalah padaku

Sudah tiada tempat lagi di laci-laci ingatanku

Tuk potret imaji bulan selanjutnya

Termasuk bulan malam ini

VII

Perhatikan perkataaan akan aku,

Akulah si kolektor potret imaji bulan

Dan aku bersama tiga belas ribu potret imaji bulan

Terpajang di dinding ingatanku



13 mei 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline