Lihat ke Halaman Asli

Kisah Sang Nelayan

Diperbarui: 11 November 2021   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nelayan. Sumber: pixabay

"Dalam perjalanan pulang dengan menaiki kapal Ferry pada waktu itu telah mempertemukan ku dengan seseorang. Seseorang yang selanjutnya memberikanku sebuah wawasan baru. Tentang sebuah realitas, membawaku dapat melihat persoalan dari sudut pandang lain"

Ketika aku telah tiba di pelabuhan Tanjung perak, di sana masih nampak lengang. Sengaja Ku edarkan pandangan ke seluruh arah untuk mencari sesuatu yang mungkin menarik, hingga beberapa menit berlalu belum juga nampak. 

Sampai pada suatu saat tepat di depan mata melintas pelan sebuah mini bus sarat penumpang menuju ke tempat parkir. Para penumpang turun satu persatu sambil menenteng barang bawaan masing masing. Semua pria dan rerata masih muda. Barang barang bawaan mereka sangat banyak dan nampak berat. 

Ku perhatikan mereka semua berjalan beriringan menuju ke dalam untuk mencari tempat duduk . Di sisi WC umum di sana kemudian mereka duduk menunggu. Segera setelah itu asap rokok membumbung tinggi mengepung udara pagi di selingi obrolan serta sedikit tawa. Suasana mendadak ramai. Pandangan tak sejenak pun aku lepaskan dari wajah maupun tubuh tubuh kekar mereka. Penampilan mereka sederhana, beberapa dari mereka yang hanya mengenakan kaus dalam nampak bertato pada lengan maupun di dada mereka. 

Sementara beberapa orang yang lebih muda lagi mengenakan rompi berwarna mencolok. Di dada kiri pada rompi terpampang gambar jangkar putih di lingkari oleh sebuah kalimat. Tidak begitu jelas, entah tulisan apa. Mungkin mereka rombongan nelayan yang akan berangkat melaut, pikirku pada akhirnya.

Kapal yang akan membawaku menuju rumah akhirnya tiba. Aku dan beberapa orang penumpang bergegas merapat ke dermaga. Kebetulan rombongan nelayan tersebut juga akan menaiki kapal yang sama. 

Sejak saat itu Entah apa yang membuat hasrat keingintahuan dalam hati muncul. Lalu Sengaja aku berjalan membuntuti rombongan dengan harapan tanpa sepengetahuan mereka. Tak lupa juga mereka membawa barang-barang bawaan di tangan masing-masing dan bersiap menaiki kapal. 

Karena jarak antara rombongan dan tempatku berdiri tak seberapa jauh hingga sayup-sayup terdengar pembicaraan yang mereka ucapkan. Tidak jelas tentang perihal apa, namun beberapa kali terdengar kata Cantrang. Ternyata yang kupikirkan sejak awal memang benar, mereka adalah orang-orang yang akan berangkat melaut. 

Karena kata 'Cantrang yang aku fahami selama ini adalah alat penangkap ikan yang bersifat aktif dengan pengoperasian menyentuh dasar perairan. Dengan begitu aku lanjutkan kembali untuk memenuhi hasrat keingintahuan dalam hati dengan cara memilih tempat duduk di samping salah seorang dari rombongan. 

Di tengah perjalanan sengaja aku sempatkan untuk lebih jauh mengenalnya, dan bertanya tentang banyak hal. Mengorek semua informasi yang sebisa mungkin aku dapatkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline