Ikan goreng, ikan bakar, ikan rebus, bahkan ikan mentah nampaknya sudah biasa dikonsumsi oleh banyak orang. Namun apakah sahabat kompasianer pernah mendengar tentang ikan yang difermentasi?
Lho, ikan yang pada dasarnya berbau amis bila tidak segera dikonsumsi saja akan mengeluarkan aroma yang khas, apalagi yang didiamkan begitu saja selama beberapa minggu? apakah masih layak dimakan?
Korea tentunya terkenal dengan makanan fermentasinya seperti kimchi dan beberapa saus fermentasi sebagai bahan dasar beberapa masakan korea seperti gochujang (pasta cabai merah) dan doenjang (pasta kacang kedelai).
Namun selain kimchi, rupanya Korea juga memiliki hidangan lokal yang menjadi musuh serta kecintaan dalam waktu bersamaan, yakni hongeohoe atau ikan yang difermentasi.
Hongeohoe ini terbuat dari sejenis ikan pari. Cara membuatnya adalah dengan mendiamkan ikan pari selama berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu di dalam mesin pendingin atau kulkas dan baru dikonsumsi setelah mengeluarkan bau pesing seperti yang biasa kita cium di toilet umum.
Konon katanya hongeohoe ini sudah ada sejak dahulu, orang-orang korea melakukan proses fermentasi ikan ini dengan cara membungkusnya dengan daun dan meletakkannya di dalam pot tembikar seperti proses fermentasi Kimchi.
Aromanya pesing ikan pari yang difermentasi ini berasal dari uric acid dalam kulit mereka yang berubah menjadi amonia. Bau pesing dari ikan yang difermentasi ini akan menempel pada orang-orang yang mengonsumsinya entah itu pada baju, kulit, ataupun rambut sehingga cukup mengganggu orang-orang di sekitar.
Rasa dari makanan ini juga dikatakan sama buruknya dengan aromanya, keras bahkan tulang rawannya sulit untuk dimakan. Namun, banyak yang mengakui bahwa meski awalnya mereka sampai menangis sata mencoba makanan ini untuk yang pertama kalinya, pada akhirnya mereka akan merasa ketagihan dengan hongeohoe.