Saat berkesempatan untuk tinggal, belajar, dan magang di China Daratan selama satu setengah tahun, saya jadi banyak tahu mengenai karakteristik-karakteristik penduduk lokalnya. Tentu saja saat pertama kali saya menginjakkan kaki di sana, saya merasakan yang namanya culture shock setiap kali melihat perbuatan orang-orang sana yang terkadang memancing tanda tanya. Padahal, kalau dipikir-pikir mereka pun pasti menganggap kebiasaan kita sebagai pendatang tidak seperti pada umumnya.
Kali ini penulis tidak akan membahas kebiasaan-kebiasaan aneh yang mengejutkan melainkan akan membagikan beberapa poin mengenai etika berbisnis yang saya catat selama magang di sebuah hotel bintang empat yang berada di Shenzhen, China. Ada banyak kesamaan pula perbedaan dengan Indonesia sehingga saya tertarik untuk membagikannya pada sobat kompasianer.
- Berjabat Tangan
Sama seperti di Indonesia, berjabat tangan adalah sebuah bentuk salam yang biasa dilakukan di China Daratan. Bila di sini kita bebas untuk menginisiasi jabat tangan dengan siapa saja, maka ada baiknya menunggu rekan bisnis dari China menawarkan untuk bersalaman terlebih dahulu karena banyak pula dari mereka yang bertukar salam cukup dengan membungkukkan tubuh.
- Ketepatan Waktu
Ini merupakan masalah paling serius yang dihadapi penulis dan teman-teman penulis saat berada di China. Orang Indonesia yang cukup fleksibel dengan waktu (bahasa lainnya, jam karet) berbanding lurus dengan mereka yang sangat tepat waktu. Ketepatan waktu merupakan unsur yang paling penting saat berbisnis dengan pihak dari China. Keterlambatan merupakan pelanggaran serius dalam budaya bisnis mereka.
- Hadiah
Jangan pernah membawa hadiah saat menghadiri meeting dengan calon rekan bisnis anda dari China sebab kebijakan resmi dalam etiket berbisis China melarang hadiah yang dianggap sebagai bentuk suap yang mana ilegal di negeri tirai bambu tersebut.
- Jamuan Bisnis
Nah, kalau sahabat kompasianer diundang dalam perjamuan makan oleh rekan bisnis dari China maka ada baiknya memerhatikan beberapa hal. Misalnya, jangan duduk terlebih dahulu sebelum yang mengundang duduk. Kalau di Indonesia,tidak menghabiskan makanan umumnya akan dianggap kurang menghargai dan tidak selera makan. Lain halnya dengan di China, bila kita menghabiskan makanan kita maka sang pengundang akan berpikir bahwa makanan yang disajikan kurang dan menyinggung. Jadi usahakan untuk meninggalkan sedikit makanan di piring ya, Kompasianer. Pada saat jamuan pun jangan kaget bilamana rekan bisnis mengunyah dan menyeruput makanan agak berisik karena hal tersebut menunjukan bahwa mereka sedang menikmati makanan yang disajikan. Ada baiknya juga untuk tidak membahas perihal bisnis selama makan sehingga disarankan untuk membahas topik yang ringan-ringan saja.
- Selesai Meeting
Kalau biasanya kita bersamaan keluar dari ruang meeting, orang-orang di China mengekspektasikan kita untuk keluar lebih dahulu sehingga kita tidak perlu menunggu mereka ikut keluar. Malah nanti tidak ada yang keluar dari ruang meeting karena saling menunggu.
Itu dia beberapa poin yang paling penulis ingat setelah beberapa kali mengamati dan mengalami kegiatan berbisnis di China. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H