Seperti yang kita ketahui, kata 'anjay' sudah sejak dahulu kita gunakan sebagai imbuhan baik secara lisan maupun tulisan dalam keadaan informal.
Misalnya, saat kita sedang berbincang santai dengan teman-teman, mengomentari sesuatu yang terkesan menakjubkan, maupun bermonolog di media sosial untuk mencurahkan isi pikiran.
Kata ini sudah cukup lama berseliweran dan digunakan bahkan jauh sebelum maraknya influencer yang kerap mengucapkan bahasa gaul ini dalam siarannya yang ditonton oleh khalayak umum dari segala rentang usia di mana kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kecil serta remaja.
Sebagaimana yang kita ketahui, anak kecil dan anak baru gede umumnya seperti spons yang dengan mudahnya menyerap apapun. Menyalin apa yang menurut mereka keren, mengikuti apapun yang sedang menjadi tren saat ini.
Selama ini, sesuai dengan pengamatan penulis dari pengalaman pribadi penulis yang sering memakai kata anjay di beberapa situasi serta bergaul dengan mereka yang juga menjadikan kata 'anjay' sebagai imbuhan untuk menegaskan atau memberi kesan eksesif terhadap suatu hal.
Bagi penulis, bagi para kerabat penulis, bahkan pasti banyak dari penduduk Indonesia merasa bahwa kata 'anjay' ini bukan termasuk kata yang ofensif.
Memang benar bahwa 'anjay' merupakan penghalusan serta kata turunan yang tidak baku dari kata anjing yang sering digunakan sebagai umpatan, akan tetapi bahasa prokem ini memiliki banyak makna sehingga dapat dipergunakan secara luas di berbagai situasi dari senang, terkejut, kagum, dan sebagainya.
Tak pernah terbesit di benak bahwa kata yang biasa dijadikan selipan ini dinilai mengandung unsur kekerasan secara verbal (verbal abuse) oleh Komnas Perlindungan Anak, sampai-sampai organisasi independen ini mengeluarkan larangan untuk menggunakan kata tersebut dan menegaskan bahwa siapapun yang menggunakan kata 'anjay' dapat ditindak pidana bila konteks kalimatnya berpotensi untuk melecehkan dan merusak mental orang lain sehingga orang tersebut mempertanyakan validitas diri.
Namun, apakah dengan mengeluarkan larangan untuk menggunakan kata 'anjay' akan memiliki dampak besar untuk mengurangi kekerasan verbal?
"Anjay, lu bodoh banget ya? Masa begini aja gak ngerti?"
"Anjay, muka lo kok sekarang jerawatan banget sih? Gak ngurus diri ya?"