Dengan kemampuannya menyerap karbon dalam jumlah besar, mangrove mampu menjadi sekutu alam yang efisien dan berkelanjutan dalam memperbaiki kualitas lingkungan.
Mangrove atau hutan bakau, sering kali hanya dianggap sebagai habitat pesisir yang mendukung kehidupan ekosistem laut.
Padahal, mangrove memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim, terutama dalam mengurangi jejak karbon atau carbon footprint.
Di seluruh dunia, upaya menanam dan melestarikan mangrove telah menjadi strategi penting untuk mengatasi peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) yang menyebabkan pemanasan global.
Menurut laporan lembaga think tank Energy Institute dalam Statistical Review of World Energy 2024, emisi dari sektor energi di Indonesia pada tahun 2023 tercatat mencapai 701,4 juta ton setara karbon dioksida (CO2e).
Angka ini menunjukkan penurunan sekitar 3 juta ton CO2e dibandingkan emisi pada tahun 2022.
Meskipun penurunan tersebut tergolong kecil, langkah ini menjadi indikasi positif bagi upaya Indonesia dalam mengurangi dampak negatif sektor energi terhadap lingkungan.
Pengurangan emisi karbon mencerminkan adanya peningkatan kesadaran dan aksi di sektor energi dalam menerapkan kebijakan yang lebih ramah lingkungan.
Langkah-langkah seperti penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, serta pengurangan konsumsi bahan bakar fosil menjadi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan emisi.
Dengan melanjutkan upaya ini, Indonesia diharapkan dapat lebih aktif mencapai target-target iklim yang telah ditetapkan dalam perjanjian internasional seperti Paris Agreement dan komitmen nasional untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
Dengan kemampuannya menyerap karbon dalam jumlah besar, mangrove mampu menjadi sekutu alam yang efisien dan berkelanjutan dalam memperbaiki kualitas lingkungan.
Peran Mangrove dalam Menyerap Karbon