Ekonomi hijau tidak hanya memastikan keberlanjutan alam dan lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan iklim dan perekonomian Indonesia dalam menghadapi tantangan global.
Indonesia Emas 2045 merupakan visi besar yang ingin dicapai pada tahun 2045, saat Indonesia memperingati 100 tahun kemerdekaannya.
Visi ini mencakup berbagai dimensi, termasuk pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keberlanjutan lingkungan.
Salah satu pilar penting untuk mewujudkan Indonesia Emas adalah pembangunan ekonomi yang hijau dan inklusif.
Manfaat utama dari transisi menuju ekonomi hijau adalah peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB).
Bappenas memperkirakan bahwa ekonomi hijau dapat mendorong pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 6,1-6,5 persen per tahun hingga tahun 2050.
Hal ini berarti bahwa dengan menerapkan kebijakan ekonomi hijau, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan dalam jangka panjang, serta meningkatkan daya saingnya di kancah global.
Dari perspektif lingkungan, manfaat ekonomi hijau terlihat pada potensi pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) secara signifikan.
Indonesia diproyeksikan dapat mengurangi 87-96 miliar ton emisi GRK pada periode 2021-2060.
Selain itu, intensitas emisi di tahun 2045 diperkirakan akan turun sebesar 68 persen, yang sejalan dengan target global untuk mitigasi perubahan iklim.
Pengurangan emisi ini juga mendukung terciptanya lingkungan yang lebih bersih dan sehat, dengan dampak positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Ekonomi hijau dan inklusif tidak hanya menjawab tantangan iklim dan sosial yang ada, tetapi juga mendorong akselerasi pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.