Urbanisasi berkelanjutan bukan hanya tentang membangun lebih banyak gedung atau infrastruktur, tetapi juga tentang memastikan bahwa pertumbuhan tersebut dilakukan dengan cara yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
Urbanisasi di Indonesia telah meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020, lebih dari 56% populasi Indonesia tinggal di wilayah perkotaan.
Proses urbanisasi ini membawa perubahan signifikan, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Namun, urbanisasi yang tidak terkendali juga menimbulkan berbagai tantangan, seperti kemacetan lalu lintas, polusi udara, degradasi lingkungan, serta kesenjangan sosial yang semakin lebar.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan urbanisasi yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa kota dan permukiman di Indonesia berkembang secara inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari komitmen global, Indonesia telah mengadopsi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 11, yang bertujuan untuk menjadikan kota dan permukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
Pengawasan menyeluruh terhadap indikator-indikator utama dalam SDGs 11 menjadi kunci untuk mencapai tujuan ini.
Berikut adalah penjelasan tentang 9 indikator utama dari SDGs 11 yang relevan di Indonesia, beserta contohnya masing-masing:
1. Perumahan yang Memadai dan Terjangkau
Krisis perumahan masih menjadi masalah utama di banyak kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta. Menurut data BPS tahun 2022, sekitar 22,5% penduduk Jakarta masih tinggal di permukiman kumuh.
Pemerintah telah meluncurkan program Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) sebagai solusi untuk menyediakan perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Meskipun demikian, masih banyak tantangan dalam memastikan kualitas dan aksesibilitas perumahan yang layak bagi semua lapisan masyarakat.
2. Transportasi Publik yang Aman dan Terjangkau