Lihat ke Halaman Asli

Jandris Slamat Tambatua

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

Bioplastik Berpeluang Menjadi Solusi Permasalahan Limbah Plastik untuk Masa Depan Lestari

Diperbarui: 23 Juli 2024   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan plastik, kantong ini terbuat dari tepung tapioka (Foto: Healthnutnews)

Kantong plastik singkong dibuat dari bahan dasar tumbuhan, khususnya singkong, yang menjadikannya pilihan ramah lingkungan.

Permasalahan limbah plastik telah menjadi isu global yang semakin mendesak untuk segera diatasi. Limbah plastik yang sulit terurai berdampak negatif terhadap lingkungan, mencemari ekosistem darat dan laut, serta mengancam kehidupan berbagai spesies. 

Data dari [sipsn.menlhk.go.id](http://sipsn.menlhk.go.id) menunjukkan bahwa sekitar 18,9% dari timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2023 adalah sampah plastik. 

Hal ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia dengan penanganan yang masih kurang optimal.

United Nations Environment Programme (UNEP) memprediksi bahwa jumlah sampah plastik yang masuk ke ekosistem laut akan meningkat hampir tiga kali lipat pada 2040 jika tidak ada upaya signifikan untuk mencegah polusi plastik. 

Pada tahun 2016, UNEP mencatat sekitar 9-14 juta ton sampah plastik mencemari laut, dan jumlah ini berpotensi melonjak menjadi 23-27 juta ton pada tahun 2040. 

Kondisi ini menunjukkan perlunya solusi inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi krisis limbah plastik.

Salah satu solusi yang mulai mendapatkan perhatian adalah penggunaan bioplastik atau plastik yang dapat terurai secara hayati. 

Bioplastik ini dapat diproduksi dari bahan-bahan alami yang terbarukan, seperti singkong. 

Kantong plastik singkong adalah salah satu inovasi dalam bioplastik yang terbuat dari pati singkong. 

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) menemukan bahwa kulit singkong masih mengandung pati sekitar 5,77%, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik.

Proses pembuatan kantong plastik singkong melibatkan pengolahan singkong menjadi tepung yang dicampur dengan gliserol untuk menghasilkan komponen plastik yang kuat dan tahan lama. 

Proses ekstrusi pada suhu 100-160C menghasilkan pellet plastik, yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi kantong plastik melalui mesin pelletizing, pemanasan, proses tiup, dan molding. Inovasi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada plastik konvensional dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Pengembangan bioplastik seperti kantong plastik singkong tidak hanya berpotensi mengurangi limbah plastik, tetapi juga membuka peluang baru bagi sektor pertanian lokal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline