Lihat ke Halaman Asli

Jandris Slamat Tambatua

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

Mengadopsi Gaya Hidup Conscious Living dalam Upaya untuk Mengatasi Masalah Sampah Plastik

Diperbarui: 16 Juni 2024   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah plastik tidak mudah terurai dan seringkali berakhir sebagai sampah yang sulit didaur ulang (sumber foto: bing/AI)

Mengadopsi gaya hidup consensus living dalam upaya untuk mengatasi masalah sampah plastik


Masalah sampah plastik merupakan salah satu tantangan lingkungan global yang mendesak untuk diselesaikan. Setiap tahunnya, jutaan ton plastik sekali pakai seperti sedotan, wadah makanan, dan kemasan lainnya mencemari lingkungan, terutama laut. 

Sampah plastik ini tidak hanya mengancam kehidupan satwa laut tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2017, proyeksi timbulan sampah plastik nasional mencapai 9,2 juta ton, setara dengan 13,98% dari total volume timbulan sampah di Indonesia. 

Mengadopsi gaya hidup consensus living dalam upaya untuk mengatasi masalah sampah plastik (sumber foto: bing/AI)

Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah, dengan proyeksi mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2025, tetap setara dengan 13,98% dari total volume timbulan sampah periode tersebut. 

Di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, tingkat konsumsi plastik sekali pakai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi. 

Meskipun plastik sekali pakai memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, dampak negatifnya terhadap lingkungan sangat besar. 

Patau bahkan tidak bisa didaur ulang sama sekali.

Indonesia sering kali disorot sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, sekaligus memiliki penanganan sampah yang buruk.

Untuk mengatasi masalah ini, mengadopsi gaya hidup conscious living menjadi langkah yang efektif dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline