Lihat ke Halaman Asli

Jandris Slamat Tambatua

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

Krisis ISBN di Indonesia: Tantangan bagi Dunia Penerbitan

Diperbarui: 5 Desember 2023   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibat krisis ISBN di Indonesia, buku yang penulis buat dengan menggunakan QRCBN 62-1441-3325-301 (Dok. Pribadi)

ISBN atau International Standard Book Number adalah nomor identitas yang diberikan kepada setiap buku yang diterbitkan di dunia. Nomor ini berfungsi untuk memudahkan identifikasi, pelacakan, dan pendistribusian buku-buku secara global. 

Jumlah nomor ISBN yang dialokasikan untuk Indonesia pada tahun 2018 adalah 1 juta nomor. Nomor ini disalurkan oleh Badan Internasional ISBN yang berbasis di London kepada Perpustakaan Nasional (Perpusnas) sebagai lembaga yang berwenang menyalurkan ISBN di Indonesia. 

Dalam kurun waktu empat tahun (2018-2021), Indonesia sudah menerbitkan 623.000 judul buku ber-ISBN. Hingga tahun 2023, sudah ada sekitar 728.389 buku yang diterbitkan dengan ISBN. Sementara itu, jumlah nomor ISBN yang tersisa hanya sekitar 270 ribu nomor.

Umumnya, pengalokasian 1 juta nomor di negara-negara lain bisa digunakan hingga 10 tahun. Namun, pengalokasian tersebut hampir habis dalam enam tahun di Indonesia.

Namun, belakangan ini Indonesia mengalami krisis ISBN, yaitu kondisi di mana nomor ISBN yang tersedia untuk negara ini menipis secara drastis. 

Apa penyebab dan dampak dari krisis ISBN ini? Bagaimana cara mengatasinya?

Penyebab Krisis ISBN di Indonesia.

Menurut lembaga penerbitan Universitas Sebelas Maret, UNS Press, krisis ISBN di Indonesia terjadi akibat penerbitan buku yang masif selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020 dan 2021. 

Hal ini didorong oleh meningkatnya minat baca dan menulis masyarakat di tengah situasi yang membatasi mobilitas dan aktivitas sosial. Selain itu, banyak institusi pendidikan yang mewajibkan para dosen dan mahasiswa untuk menerbitkan karya ilmiah ber-ISBN sebagai syarat kelulusan atau kenaikan pangkat.

Tidak semua buku yang diterbitkan dengan ISBN memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan standar penerbitan.

Banyak buku yang dinilai tidak layak terbit sebagai buku cetak, seperti cetakan buku fanfict (fan-fiction), produk web novel, hingga buku-buku terbitan pribadi (self publish). Buku-buku semacam ini dianggap membuang-buang nomor ISBN yang seharusnya digunakan untuk buku-buku yang lebih bermutu dan bermanfaat.

Dampak Krisis ISBN di Indonesia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline