Limbah elektronik atau e-waste merupakan barang elektronik yang sudah tidak terpakai lagi dan tidak dapat dijual kembali, seperti ponsel, laptop, komputer, televisi, dan peralatan elektronik lainnya.
Limbah elektronik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengandung bahan berbahaya yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati.
Menurut laporan Global E-waste Monitor 2020, jumlah limbah elektronik global diperkirakan mencapai 53,6 juta ton pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 74,7 juta ton pada tahun 2030 jika tidak ada tindakan yang dilakukan.
Dampak Negatif Limbah Elektronik Terhadap Biodiversitas
Limbah elektronik mengandung bahan-bahan berbahaya seperti timah, merkuri, kadmium, dan arsenik yang dapat mencemari tanah, air, dan udara.
Bahan-bahan tersebut berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti kerusakan sistem saraf, kanker, dan masalah kesehatan lainnya. Selain itu, pembuangan limbah elektronik yang tidak tepat dapat membahayakan lingkungan hidup karena dapat mencemari tanah dan air, merusak ekosistem, dan mempengaruhi keseimbangan lingkungan.
Salah satu contoh dampak negatif limbah elektronik terhadap biodiversitas adalah kasus di Guiyu, China, yang dikenal sebagai tempat pembongkaran limbah elektronik terbesar di dunia.
Di sana, limbah elektronik dibakar, direndam, dan dilebur untuk memisahkan logam berharga dari komponen lainnya.
Proses ini menghasilkan asap, debu, dan limbah cair yang beracun dan mencemari udara, tanah, dan air. Akibatnya, tanaman, hewan, dan manusia yang tinggal di sekitar daerah tersebut mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti keracunan timbal, gangguan pernapasan, dan kerusakan organ.
Solusi dan Penanganan Limbah Elektronik.