Indonesia, dengan kekayaan budayanya yang luar biasa dan keindahan alamnya yang memesona, merupakan salah satu negara yang penuh warna di Asia Tenggara. Namun, di balik keindahan itu, ada masalah serius yang mungkin belum banyak disadari oleh banyak orang: penggunaan asbes yang meluas dalam pembangunan bangunan di seluruh negeri.
Asbes, yang awalnya digunakan sebagai solusi ekonomis dan efisien untuk atap bangunan, telah menjadi bahan kontroversial yang telah dilarang di banyak negara di seluruh dunia. Pertanyaan mendasar yang perlu kita ajukan adalah mengapa Indonesia, di tengah pengetahuan akan bahaya asbes, masih terus menggunakan bahan ini dalam pembangunan bangunan?
Dalam artikel ini, kita akan membahas alasan di balik popularitas asbes di Indonesia, mengungkap bahaya tersembunyi yang terkait dengan penggunaannya, serta mengapa saatnya bagi Indonesia untuk mempertimbangkan alternatif yang lebih aman.
Mari kita memahami mengapa atap asbes masih "menutupi" banyak rumah di Indonesia meskipun sudah dilarang di berbagai belahan dunia.
Murah dan efektif dalam menahan panas, itulah alasan mengapa atap asbes masih digunakan luas di Indonesia. Namun, perlu kita pertanyakan, mengapa asbes yang sudah dilarang di banyak negara masih terus menjadi pilihan di sini?
Asbes: Mengapa Masih Dalam Penggunaan?
Asbes adalah material yang terkenal karena kemampuannya dalam menahan panas dan hujan. Itulah sebabnya mengapa hingga saat ini, sebagian besar rumah di Indonesia masih menggunakan atap asbes. Namun, kita harus menyadari bahwa asbes memiliki dampak kesehatan yang serius.
Sebagian besar produksi asbes dunia berakhir di Asia, termasuk Indonesia, di mana penggunaannya sangat umum. Seiring berjalannya waktu, penelitian telah mengungkapkan bahwa asbes mengeluarkan partikel berbahaya yang dapat merusak paru-paru manusia.
Bahaya yang Tersembunyi
Asbes telah terbukti menjadi pemicu penyakit serius seperti 'asbestosis' yang tidak dapat disembuhkan dan dapat berkembang menjadi kanker paru-paru. Efek negatifnya terutama terjadi pada para pekerja konstruksi dan tambang asbes.
Pada abad ke-19, asbes pertama kali digunakan sebagai material bangunan, tetapi pada abad ke-20, muncul keprihatinan serius tentang kesehatan para penambang asbes yang terpapar partikel berbahaya saat bekerja. Akibatnya, pada tahun 1970-an, banyak negara mulai membatasi penggunaan asbes, bahkan Jepang telah sepenuhnya melarangnya.