Lihat ke Halaman Asli

Jandris Slamat Tambatua

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

Pandemi Tanpa Akhir: Mewaspadai Penyebaran Penyakit Antraks yang Terus Meningkat

Diperbarui: 7 Juli 2023   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peternakan sapi (Dok Pribadi)

Di tengah-tengah dunia yang dihantui oleh pandemi penyakit menular, seperti COVID-19, ada ancaman yang terus menerus mengintai dan menyebabkan kekhawatiran yang serius. 

Penyakit antraks, yang dikenal sebagai ancaman biologis yang mematikan, telah muncul kembali dengan kekuatan baru, menimbulkan keprihatinan global.

Penyakit antraks disebabkan oleh bakteri bernama Bacillus anthracis. Bakteri ini dapat bertahan dalam bentuk spora yang sangat tahan lama dan menyebar melalui tanah, hewan yang terinfeksi, dan produk-produk hewan seperti daging atau bulu. Penyakit ini dapat mempengaruhi berbagai spesies, termasuk manusia, hewan ternak, dan satwa liar.

Salah satu alasan mengapa penyebaran penyakit antraks menjadi perhatian adalah kemampuan spora antraks untuk bertahan dalam lingkungan selama bertahun-tahun dan kemudian menginfeksi organisme hidup saat kondisi yang tepat terpenuhi. 

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan kasus penyakit antraks di beberapa wilayah di dunia, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan.

Peningkatan ini mengkhawatirkan karena antraks memiliki potensi untuk menyebabkan wabah yang serius dan bahkan fatal jika tidak ditangani dengan tepat. 

Gejala penyakit ini bervariasi tergantung pada metode infeksi, tetapi mereka sering melibatkan demam tinggi, sesak napas, lesu, dan lesi kulit yang parah. Jika tidak diobati dengan cepat, antraks dapat menyebabkan komplikasi serius dan bahkan kematian.

Penyebaran penyakit antraks terus berlanjut dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk-produk hewan yang terkontaminasi. 

Misalnya, di daerah pedesaan, hewan ternak seperti sapi dan domba dapat terinfeksi melalui pakan atau air yang terkontaminasi oleh spora antraks. Selain itu, manusia juga dapat terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau produk-produk hewan yang tidak steril.

Perubahan iklim juga dapat berkontribusi pada penyebaran penyakit antraks. Peningkatan suhu dan kekeringan dapat menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi spora antraks untuk bertahan hidup dan menyebar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline