Lihat ke Halaman Asli

Jandris Slamat Tambatua

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

Teringat Ayah...

Diperbarui: 30 April 2023   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika hening ku menusuk diri

Luluh riuh bayang kian menari
Mengurai angan melingkar duri

Jika hening ku penuh misteri
Memendam rasa di balik mentari
Jernihkan ingatan lamunan ku sendiri

Dalam keheningan lamunan teringat ayah tercinta dengan tawa, canda, amarah, senyuman kini sirna sudah.

Bahkan pada akhir hidupnya ia masih mengajak ku bercanda dan berpulang tepat sebelum hari raya itu tiba.

Ia berpulang selamanya saat semua orang mudik ke kampung halaman.

Mereka yang datang ke upacara pemakamannya adalah orang-orang yang rela sejenak meninggalkan sanak saudara.

Terima kasih kami yang tak terhingga untuk itu.

Pada hari itu pula kami merayakan hidupnya yang semarak dengan karya.

Karya-karyanya yang masih juga ia pikirkan, bahkan pada hari-hari awal di atas ranjang rumah sakit.

Samar ia berkata, "Aku harus sembuh.
Ada keinginan yang belum selesai."
Meski saat itu sisi kanan tubuhnya sudah mulai rapuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline