Lihat ke Halaman Asli

Pidato SBY Pemicu Konflik Berbau SARA?

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_264554" align="alignleft" width="250" caption="sumber: Antara news"][/caption] Setidaknya ada beberapa kejadian berbau SARA menyentak kehidupan berbangsa beberapa minggu terakhir ini. Bahkan hangatnya kasus HKBP masih terpampang jelas dengan adanya beberapa tulisan terpopuler di kompasiana minggu ini. Sebelumnya publik terlibat polemik pembubaran Ahmadiyah yang secara blak-blakan disampaikan Menteri Agama sebagaimana dilansir Vivanews.com. Belum reda satu permasalahan disusul permasalahan konflik horizontal lain terutama berkaitan dengan ormas-ormas tertentu (detiknews.com) yang mau tidak mau menggiring publik tentang adanya permasalahan berbau SARA di tengah kehidupan kita.

Sentimen agama yang bernada tinggi juga sempat muncul ke permukaan memberikan reaksi atas aksi rencana pembakaran Al Quran di USA. Bahkan secara khusus SBY memberikan tanggapan dengan mengirimkan surat berbahasa Inggris kepada pemerintah AS dan Dewan Keamanan PBB agar pemerintah dan masyarakat di AS bisa mencegah tindakan yang dinilai tidak bermoral tersebut (detiknews.com). Rencana aksi pembakaran Al Quran dilakukan pemimpin gereja di Florida, AS, pimpinan Terry Jones untuk memprotes rencana pembangunan pusat Islam dan masjid yang dikenal sebagai Park51 di dekat Ground Zero di Manhattan, New York. Sampai hari ini upaya dukungan pembangunan tersebut masih terus berlangsung meskipun mayoritas warga tidak menyetujui. Presiden Obama sendiri memberikan dukungannya atas rencana pembangunan tersebut. Kondisi ini tampak berkebalikan dengan yang terjadi di Indonesia terutama masalah suara minoritas di tengah mayoritas serta sikap para pemimpinnya.

Konflik horizontal berbau SARA terus menerus terjadi dari waktu ke waktu. Namun berbagai pihak berusaha menepis bahwa yang terjadi bukanlah konflik agama. Perdebatan di beberapa artikel di kompasiana menunjukkan kecenderungan adanya konflik-konflik tersebut. Namun pemerintah tidak punya konsep yang jelas untuk mengatasi potensi konflik horizontal sebagaimana disampaikan Peneliti LIPI pada detiknews.com.

Kita tentu masih ingat pidato SBY pada peringatan Isra’ Mi’raj 1431 H/2010 di Istana Negara bulan Juli lalu. Pidato tersebut diberi judul “Saatnya Indonesia Bangkitkan Kembali Peradaban Islam. “  Hal tersebut dipandang sesuai dengan tema perayaan yang mengusung “Kontribusi Dunia Islam terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Dunia”. Setidaknya terdapat tiga hal utama dari pidato tersebut yaitu tentang kebangkitan kembali peradaban Islam di Indonesia, tentang  tragedi akhlak yang melanda sebagian masyarakat berupa perilaku yang sangat menyimpang dan menodai nilai-nilai agama dan kesusilaan serta tentang masalah kebebasan dan hak yang tanpa batas. Singkatnya, kebangkitan peradaban islam diperlukan untuk meluruskan ahklak, meluruskan pengertian modern serta pengertian demokrasi. Sepertinya pidato tersebut mengarah pada memberikan jawaban atas permasalahan yang ada.

Namun pada kenyataannya, semenjak pidato tersebut, konflik berbau SARA justeru meningkat tajam. Bahkan SBY sendiri turut serta dalam “penyelesaian” konflik di negara lain meskipun banyak persoalan serupa di dalam negeri yang terabaikan. Judul pidato seolah menjadi satu instruksi tersendiri tentang kebangkitan peradaban islam yang entah ditujukan kepada siapa instruksi tersebut. Pihak penerima instruksi melakukan penafsiran sesuai dengan pemahaman masing-masing tentang apa itu peradaban islam sehingga penerapan di lapangan mengikuti “selera” masing-masing. Entah secara sadar atau tidak pidato SBY seperti menempatkan Indonesia dalam konteks islam, bukan islam dalam konteks Indonesia. Jika demikian, cukup mengkhawatirkan, jangan-jangan peningkatan konflik yang terjadi akhir-akhir ini karena pidato SBY?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline