Lihat ke Halaman Asli

FPI: yang Error Aparaturnya Kok yang Dihajar Rakyatnya?

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_220601" align="alignleft" width="300" caption="foto.detik.com"][/caption]

FPI jadi trending topic di twitter, ada apa ya? O, rupanya ada kejadian heboh lagi yang konon akibat ulah ormas tertentu. Seseorang lantas memperjelas bahwa ormas dimaksud adalah FPI. Front Pembela Islam, ngeri saya mendengar namanya.

Gimana nggak ngeri, wong nama itu mengingatkan saya akan kejadian kurang lebih 6 tahun yang lalu. Ya, 6 tahun yang lalu ketika saya lagi asyik nongkrong di warnet tiba-tiba datang segerombolan orang berseragam putih dan membawa pedang “merapikan” warnet tanpa basa basi. Pas bulan puasa juga waktu itu. Tentu saja saya lari lintang pukang, daripada tewas di tempat tanpa tahu apa sebabnya! Ngelawan preman masih mending, karena mereka takut mati juga. Tapi kalau yang satu ini justeru senang mati tuh, gimana coba? Mending kabur kan?

Telusur punya telusur, rupanya di ruang belakang warnet ada mini barnya. Terus kenapa kok yang diamuk warnetnya juga? Sampai sekarang saya masih tidak bisa mengerti nalarnya. Benar bahwa bar di belakang menyajikan minuman beralkohol. Maksiatkah? Nyatanya ijin operasi juga tidak ada larangan beroperasi pada saat itu. Aparat ok-ok saja. Kenapa mereka yang repot? Kenapa pula saya harus lari terbirit-birit karena pedang tidak mengenal kawan atau lawan?

Alasan mereka selalu klasik; Selama aparat tidak dapat mengatasi kemaksiatan, maka FPI akan terus bergerak menegakkan memberantas kemaksiatan. Ini yang membikin saya lebih pusing. Mestinya kan yang dirapikan itu aparaturnya supaya kerjanya benar. Kerja aparat hukum itu kan menegakkan hukum. Jadi proses-proses penegakkan hokum yang nggak bener itu rapikanlah kalau FPI memang konsisten dan gentleman. Kasus korupsi kan juga maksiat. Bukankah kita juga pesimis kalau korupsi bisa diberantas?

Satu lagi tidak dapat masuk ke akal saya. Kejadian terkahir yang “katanya” insiden pelarangan ibadah di Bekasi. Lha wong ibadah kok dilarang? Kalau tempat ibadah dilarang berdiri masih masuk akal karena mungkin tidak punya IMB atau apalah. Tapi kalau beribadah kok dibubarkan itu nalarnya gimana? Alasanya mengganggu, atau ibadah itu termasuk maksiat juga? Weleh-weleh!

Katanya membersihkan tempat maksiat, tapi memberantas korupsi tidak berani. Malah bergandengan dengan pejabat. Jadi, apa yang sebenarnya sedang anda perjuangkan?

Aparat (polisi) lebih aneh lagi. Ada aksi kekerasan di depan mata kok diam saja. Memang boleh menegakkan aturan dengan melanggar aturan?

Jadi apa maksud semua itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline