Tulisan ini merupakan surel dari Anies Baswedan beberepa saat lalu setelah saya membuka email saya. Makulum saya juga bagian dari pemuda yang tergerak untuk turun tangan bersamanya. Malam ini dengan sah saya mendapatkan kabar langsung tentang pilihan Anies Baswedan pada 2014 mendatang. Jauh seperti partai penyelenggaran konvensi.
Ini suratnya, tanpa saya lama-lama saya menuliskan kisah surat.
Semoga Anda dalam keadaan sehat wal afiat saat menerima email ini. Saya menulis terkait dengan pilihan saya dalam pemilihan presiden yang akan datang.
Kemarin saya menerima telepon dari Pak Jokowi, mengundang saya untuk membantu dalam perjalanan ke depan. Begitu juga dengan Pak Jusuf Kalla, beliau juga menelpon dan menyampaikan undangan yang sama. Sebagai warga negara dan sebagai kawan baik mereka, saya harus menjawab dan menentukan sikap. Di sini kemudian saya melihat kembali pikiran dan kegiaatan yang selama ini kita sama-sama jalankan.
Sebagaimana yang sering saya sampaikan dalam dialog dan diskusi di Turun Tangan. Kita harus mendorong orang baik agar bersedia memasuki arena politik dan mendorong agar kita semua bersedia membantu agar mereka bisa mendapatkan otoritas untuk mengelola negara ini.
Pemilihan presiden bukan arena mencari orang sempurna, tetapi adalah penentuan pada siapa otoritas negeri ini akan dititipkan. Di Indonesia ada banyak pemimpin. Kitapun bisa memilih pemimpin kapan saja tapi pergantian pemegang otoritas negeri ini hanya berlangsung sekali dalam 5 tahun. Pertanyaan yang tiap kita harus jawab adalah pada pemimpin yang mana otoritas itu akan diberikan? Otoritas untuk mengatasnamakan kita selama 5 tahun ke depan, untuk mengelola uang pajak kita, untuk menentukan arah perjalanan pemerintahan dan sebagainya.
Saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada dua pilihan pasangan calon pemegang otoritas: Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. Pada pasangan mana otoritas akan kita titipkan?
Seperti saya tulis dalam email sebelumnya, perjuangan kita di Gerakan Turun Tangan bukan membawa cita-cita untuk meraih otoritas. Kita membawa misi untuk dijalankan karena itu kita memerlukan otoritas. Kita membawa misi agar kebijakan yang dihasilkan oleh proses politik ini adalah kebijakan yang berfokus pada kualitas manusia berdaulat yang sehat, terdidik dan makmur dalam sebuah masyarakat yang berkepastian hukum. Indonesia yang berkeadilan sosial. Itu misi kita.
Perjuangan kita selama ini sudah berhasil membangun kesadaran bahwa orang baik harus turun tangan membantu orang-orang terpercaya agar bisa terpilih menjadi wakil rakyat dan menjadi pemegang otoritas kepemimpinan di pemerintahan. Jika proses politik yang terjadi tidak memungkinkan mendapatkan otoritas itu, sebagaimana yang dialami sekarang, maka kita akan terus bawa misi itu dalam berbagai kegiatan kita. Dan tentu saja misi inipun bisa dititipkan pada orang lain yang kita percayai serta bersedia untuk menjalankannya.
Masalah yang dihadapi Indonesia hari ini masih banyak yang tergolong masalah primer dan mendasar: pangan, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan sebagainya. Hambatan terbesar untuk memajukan juga masih sama, diantaranya maraknya korupsi dan belum terciptanya tata-kelola pemerintahan yang baik. Siapapun yang diberi otoritas untuk mengelola negara ini harus membereskan masalah yang elementer ini.
Setelah 15 tahun lebih reformasi berjalan, saya merasa Indonesia kita memerlukan penyegaran. Perlu cara pandang baru, semangat baru, pendekatan baru, cara kerja baru, dan bahkan orang baru. Baru memang bukan soal usia, walau memang usia muda sering diasosiasikan dengan baru. Kepemimpinan di pemerintahan perlu kebaruan. Saya melihat unsur kebaruan ini diperlukan untuk membuat terobosan dan membongkar berbagai kemacetan dalam pengelolaan negara ini.