Lihat ke Halaman Asli

Jeruk Kebenaran untuk Anas

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terus berjuang, tiada kata menyerah. Begitu kata Mas Anas dalam tulisan berjudul “Terus Menziarahi Keadilan” http://suratdarianas.com/terus-menziarahi-keadilan/ tertanggal 24/09/2014.

Kebenaran adalah kebenaran. Kebenaran akan tetap jadi kebenaran hingga ia menemukan jalannya.

Kebenaran itu bisa diasumsikan dengan jeruk. Jeruk yang manis, dimanapun dijual akan diketahui orang bahwa jeruk tersebut memang manis. Si penjual, mau jualan didalam pasar ataupun dipinggir sungai atau di hanya dijual di rumah akan tetap dicari orang.

Jikapun ada orang yang memfitnah, bahwa jeruk tersebut kecut. Maka hanya waktu dan rasa yang membuktikan. Pengadilan rasa tidak akan bisa berbuat banyak, ketika mencecap si jeruk. Dan kebohongan pada akhirnya akan terkuak.

Begitulah, kasus Anas Urbaningrum yang sedang dizhalimi akan mendapatkan rasa kebenaran itu.

Maka dengan semangat untuk tidak kenal mencari dan menggerakkan kebenaran. Keyakinan akan ketidakbersahalan Anas, sebagaimana juga banyak terungkap dalam persidangan dan ternyata diputuskan dengan cara berbeda oleh hakim. Maka dengan keyakinan itulah, jalan terang kebenaran harus diperjuangkan.

Setahun sudah masa perjuangan terlewatkan, kurang lebihnya begitu seperti nampak dalam tulisan “Jangan Menyerah Mencari Keadilan” http://suratdarianas.com/jangan-menyerah-untuk-mencari-keadilan/ yang diposkan 090115 beberapa waktu lalu.

Keadilan memang harus dicari dengan benang kesabaran. Kesabaran yang bukan tunduk dan duduk menunggu. Tetapi kesabaran dinamis, kesabaran yang akan memperoleh hasil dengan ikhtiar tanpa henti.

Sebagai sesama pendukung Manchester United, gue merasa terharu dan siap mendukung terus ini perjuangan yang dilakukana Mas Anas dan kawan-kawanya, meskipun gue rasa bantuan gue juga enggak besar-besar banget.

Tetapi yang paling penting, setelah membaca dua tulisan Mas Anas dari bilik penjara yang senyap dan sepi.  Terasa betapa semangat untuk mencari keadilan tidak pernah padam, ada hasrat kebenaran yang sedang menyala, menyeruap dari sepi.

Ada spirit yang menunjukkan betapa kezaliman itu nampak nyata, kezaliman dan penzaliman yang pantas untuk diganjar dengan puisi Wiji Thukul berjudul “Peringatan”

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamananMaka hanya ada satu kata: lawan!.

Maka selanjutnya, mari kita lawan bersama-sama kezaliman dan penzaliman. Kita lawan dengan satu niat suci dan tulus, niat untuk mengembalikan keadilan terurai.

Karena hanya ini yang kita miliki.

Mari Mas Anas kita lanjutkan bergerak bersama dalam satu barisan yang untuk mencari keadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline