Lihat ke Halaman Asli

Orang Tua Memproteksi Atau Anak Justru Memproteksi (Meluruskan Paradigma Terbalik Dibalik Arus Media Informasi dan Komunikasi)

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Era globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya informasi baik media cetak, televisi, internet dan media sosial kerap kali mewarnai kehidupan maupun perilaku seseorang, khususnya seorang anak remaja. Perilaku tersebut yang nantinya menjadi sebuah karakter yang tertanam pada sang anak sampai ia dewasa, karena itu perlu untuk kita kaji bagaimana yang terjadi pada masyarakat Indonesia dan keluarga indonesia khususnya dalam menyikapi arus media informasi dan komunikasi, sehingga masyarakat indonesia yang mayoritas beragama muslim nantinya mampu menjadikan sarana perkembangan media informasi dan komunikasi dengan tetap mengedepankan nilai-nilai agamis, sopan santun, dan ber-etika.

Dunia anak remaja dengan dunianya yang penuh dengan imajinasi, senda gurau, rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal baru pasti sangat rentan oleh hal negatif yang diakibatkan oleh arus media informasi dan komunikasi tersebut meskipun semua tahu bahwa positifnya juga banyak. Namun untuk anak usia remaja tentunya harus ada bimbingan yang intens dari keluarga (ayah ibu) untuk memproteksi mereka. Lihat saja bagaimana anak remaja bergaul dengan teman-teman sekitarnya melalui media sosial, internet yang tanpa batas dan bahkan bisa diakses kapanpun dimanapun dan dalam kondisi apapun, semua berada dalam satu media yang kita kenal dengan smart phone. Selain itu media televisi yang menampilkan kehidupan remaja yang modis, glamour tidak luput mewarnai gaya hidup anak remaja masa kini.

Disinilah peran orang tua dibutuhkan, orang tua bukan hanya jadi tumpuan dan tempat curahan hati tetapi menjadi teman mereka kapanpun mereka butuhkan. Contohnya ketika anak menonton televisi orang tua senantiasa harus menemani dan memilihkan tayangan yang cocok saat anak menonton, jangan sampai anak yang menemani orang tua nonton, ini adalah paradigma terbalik dan harus dirubah agar anak secara tidak langsung terproteksi dengan baik. Selain itu untuk mengimbangi anak remaja dari hal-hal yang merugikan di dunia maya, sepatutnya orang tua tahu hal yang semacam ini mulai dari akun-akun media sosial yang digunakan, situs-situs apa saja yang dikunjungi, berkomunikasi dengan siapa saja di handphone. Maka orang tua dituntut untuk paham teknologi informasi yang berkembang agar tidak dikatakan gaptek oleh anak yang bukan tidak mungkin anak akan memproteksi kegiatan mereka dari orang tua sehingga orang tua tidak tahu dengan apa yang mereka lakukan.

Selain hal diatas orang tua juga harus memberikan pendidikan yang agamis terhadap anak, cari pendidikan yang bukan hanya layak namun juga berada dalam lingkungan yang mumpuni bagi perkembangan mereka. Sudah saatnya para orang tua sadar akan teknologi, karena arus informasi yang berkembang sudah sedemikian pesatnya melebihi perkembangan manusia itu sendiri.

Kejadian pembunuhan akhir-akhir ini terhadap anak remaja akibat prostitusi online, selayaknya dijadikan PR para orang tua, sekolah, masyarakat dalam menyikapi hal yang semacam itu agar generasi remaja saat ini mampu mengemban misi peradaban islam dimasa yang akan datang. Nilai etika para guru-guru kita terdahulu harus dijadikan contoh bagi keharmonisan pendidikan dalam kehidupan keluarga. Anak sudah sepatutnya tunduk, patuh, taat pada orang tua dan orang tua sewajarnya peka terhadap kehidupan mereka.

Islam sudah jauh-jauh menanamkan pendidikan keluarga sebagaimana diabadikan dalam surat Luqman. Demikian Allah memberikan pedoman hambanya dari kejahatan dan penjajahan kemungkaran, sebagaimana sudah kita semua pahami dampak informasi dan komunikasi dibalik manfaat yang ada juga mempropagandakan penjajahan 3 F (Food, Fashion and Fun).

Wallahu ‘alam bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline