Lihat ke Halaman Asli

HERRY SETIAWAN

Creative Coach

Buruh Tani

Diperbarui: 4 Juni 2022   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bisnis.com

Perubahan diberbagai sektor kehidupan sudah tak bisa dibendung lagi. Dulu yang hanya kita dengar terjadi di luar Indonesia, saat ini sudah masuk dan terjadi didepan mata kita.

Penggunaan drone dilahan pertanian sudah bukan lagi terjadi di Amerika atau Tiongkok tapi sudah terjadi di pulau Jawa- Jombang.

Kini penyemprotan pupuk disawah sudah dilakukan oleh drone, dan bukan oleh buruh tani lagi.

Alasan penggunaan drone ini karena biaya yang dikeluarkan  sangat murah dibandingkan dengan mempekerjakan buruh tani untuk menyemprotnya.

Dan dari sisi waktu pengerjaanpun sangat cepat.

Perbandingannya, dengan menggunakan drone untuk menyemprot 1 hektar sawah hanya membutuhkan waktu 10 menit saja, dibandingkan dengan manual atau tenaga manusia membutuhkan kira-kira 4 jam. Dari sisi waktu sangat hemat sekali.

Dan dari penggunaan air, memakai drone hanya butuh 12 liter air sebagai campuran pupuk untuk 1 hektar, sebaliknya jika dikerjakan secara manual butuh 300 liter air. Jauh perbedannya.

Semua ini sudah ada perusahaan yang menyediakan jasa untuk melakukannya.

Pertanyaannya adalah mau kemana buruh tani yang biasanya mengerjakan peluang ini lalu sekarang sudah hilang?.

Mereka bisa dikatakan kelompok yang minim akses untuk meningkatkan kemampuannya atau beralih ke bidang pekerjaan lain.

Pemerintah dan swasta besar bisa berperan menahan para buruh tani ini agar tidak bermigrasi ke kota sehingga menambah beban infrastruktur kota dan penghuninya.

Jika tidak dari sekarang dipikirkan dan diupayakan untuk mengatasinya akan menimbulkan masalah sosial dan kerawanan sosial. Semoga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline