Lihat ke Halaman Asli

HERRY SETIAWAN

Creative Coach

Penganiayaan Ade Armando dalam Kacamata Politisi dan Rakyat Biasa

Diperbarui: 12 April 2022   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

detik.com

Penganiayaan telah terjadi pada Ade Armando, seorang penggiat media sosial. Peristiwanya terjadi saat demo mahasiswa didepan gedung DPR/MPR tanggal 11 April lalu.

Demo mahasiswa ini mengusung tema menolak wacana presiden 3 periode.

Ade Armando berada ditengah-tengah kerumunan mahasiswa yang sedang berdemo ini karena ia juga menentang wacana presiden 3 periode. Jadi sekalian ikut berdemo menyuarakan hal yang sama.

Ternyata mereka yang bukan berpredikat mahasiswa ikut juga dalam demo tadi - seperti emak-emak dan juga babe-babe serta orang yang tak jelas mewakili apa, bersama bercampur baur dengan Ade Armando.

Menurut kabar yang beredar di media massa dan media sosial, asal muasal penganiayaan Ade Armando ini adalah cekcok mulut dengan emak-emak yang juga sedang berdemo.

Emak-emak tadi konon bertanya, kenapa Ade Armando ikut mereka berdemo, karena menurut mereka Ade Armando dipersepsikan sebagai kelompok pendukung pemerintah atau Presiden Jokowi, sehingga kehadirannya di tengah demo tadi dianggap sebagai tindakan memata-matai.

Setelah cekcok mulut, beberapa orang yang bukan berstatus mahasiswa memprovokasi mereka yang ada disekeliling untuk memukul. Akhirnya kita tahu, Ade Armando dianiaya dan ditelanjangi. Untung, jiwanya bisa diselamatkan, dan saat ini tengah dirawat - mudah-mudahan bisa pulih kembali seperti semula.

Dari kronologis kejadian tadi kita bisa melihatnya dari dua kacamata - pertama, dari pandangan seorang politisi dan kedua, dari pandangan rakyat biasa.

Pertama, dari pandangan politisi. Jika pendekatan ini yang diambil, maka sampai dengan demo tadi bubar, Ade Armando akan tetap sehat dan segar - tidak mengalami apapun.

Kenapa ini bisa?. Karena bagi politisi, yang penting adalah tujuannya sama maka mereka akan saling bekerjasama meraih tujuan itu. Tidak penting apakah sehari-hari mereka kerap berantam. Hal seperti ini sudah kita lihat ratusan atau bahkan ribuan kali, dimana ketika pandangan politik berbeda - mereka berantem dengan sangat sengit bahkan beberapa menjurus kepada kontak fisik. Tapi ada damai berangkulan dan diiringi dengan derai tawa ketika kepentingannya sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline