Sebagian orang memandang metaverse dengan sedikit mencibir, koq bisa-bisanya kita hidup didunia maya. Apakah kita tidak butuh makan dan minum lagi?.
Ya, memang begitu adanya, segala sesuatu yang baru biasanya disikapi dengan tidak bersahabat, ini mungkin dikarenakan belum dirasakan manfaatnya secara nyata saja.
Pandemi covid-19 merupakan jalan awal untuk mulusnya berkembang dunia baru - metaverse. Seolah mengikuti tahapan-tahapan, maka pandemi adalah pendahuluannya.
Pandemi mengharuskan kita menjaga jarak secra fisik agar tidak berdekatan, 2 tahun adalah waktu yang cukup bagi larangan ini menjadi sebuah kebiasaan baru. Tidak bertemu secara fisik.
Pertemuan-pertemuan daring sudah menjadi hampir sebuah kelaziman, video call, zoom dan lainnya menjadi alat yang merekatkan. Kebahagian, kesenangan sebagian sudah bisa terobati dengan bertemu di media daring tadi.
Konsep inilah yang menjadi salah satu bagian dari dunia metaverse, kita tidak perlu bertemu akan tetapi mengobati sebagian besar keinginan-keinginan dan hasrat yang bisa dipuaskan jika bertemu secara fisik. Utamanya bagi dunia yang terkoneksi terus menerus saat ini - merekatkan rasa kangen, rasa rindu.
Bagi lansia, rasa kangen dan rindu untuk bertemu dan bercakap-cakap dengan anggota keluarga merupakan obat yang paling penting dan terutama agar ia tetap sehat dan bersemangat di usia senjanya.
Dengan adanya metaverse maka teratasilah semua kesulitan mereka saat ini. Walaupun nanti dimasa depan bila masih terjadi pandemi berikutnya.
Mereka tak lagi bosan menunggu dipinggir jendela atau menangis menahan rindu dan kangen.
Jadi sejatinya metaverse bukanlah dunia generasi alpha saja tetapi juga menjadi dunia yang menyenangkan untuk generasi X yang mulai memasuki dunia lansia.