MENGENANG masa kecil ketika diberi kesempatan mengambil peran untuk menjadi salah seorang peserta pawai karnaval budaya di sekolah dasar, rasanya tak bisa diuangkapkan dengan kata-kata.
Kenapa? Karena, pada waktu itu sangat bangga rasanya saya bisa memakai Ulos Batak sebagai pakaian adat Suku Batak Toba.
Kemudian, di peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun berikutnya terpilih lagi untuk menjadi peserta karnaval budaya, kali ini dengan pakaian adat Mandailing.
Bagi saya, dengan memakai pakaian adat tersebut saya menjadi ingin tahu lebih banyak apa makna pakaian adat tersebut.
Penggunaan atau pemakaian baju adat masih sering kita temukan dalam acara-acara pernikahan resmi beberapa suku bangsa yang ada. Untuk beberapa daerah, seperti di Sumatera Utara pemakaian baju adat masih sangat penting terutama dalam acara-acara tertentu.
Saya tidak tahu apakah perasaan yang saya alami di masa lalu masih menular ke anak-anak generasi millenial sekarang.
Kalau melihat beberapa sekolah yang 'masih' memiliki kepedulian terhadap pelestarian seni budaya Indonesia, semangat yang saya alami dulu sepertinya masih tetap ada dengan harapan bisa semakin meluas dan menjadikan anak memiliki rasa ingin tahu lebih dalam terkait seni budaya yang ada, khususnya pakaian adat sebagai identitas sebuah suku bangsa di Indonesia.
Semangat untuk menjadikan baju adat sebagai baju seragam sekolah, sepertinya akan mendapat dukungan positif dan negatif.
Dukungan apa pun itu tidak menjadi masalah. Dalam tulisan ini saya hanya ingin menuliskan dukungan saya yang sangat positif terhadap ide tersebut.
Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu mengenakan pakaian adat di acara peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Merdeka.