Lihat ke Halaman Asli

James P Pardede

Freelancer

Katakan Tidak Kalau Memang Tidak, Jangan Menyesal Ketika Mengatakan Ya

Diperbarui: 16 Februari 2022   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pendekatan (Sumber: Thinkstock)

Berguru pada pengalaman teman-teman yang sudah lebih awal menjalin hubungan (berpacaran) dan pada akhirnya memutuskan untuk menikah, ada banyak hal yang bisa dijadikan pembelajaran. Karena, dari beberapa teman yang akhirnya memutuskan menikah, di usia pernikahan baru beberapa tahun sudah bercerai, ada juga yang hubungannya tak jelas. Dibilang cerai nggak juga, dibilang tak cerai tapi mereka tak tinggal serumah.

Tak ada salahnya di hari kasih sayang atau yang akrab disebut dengan Valentine's Day, kita saling berbagi pengalaman. Karena pengalaman adalah guru paling baik dan tak pernah marah. 

Pengalaman orang lain bisa kita jadikan perbandingan atau paling tidak pegangan kita agar sesuatu yang kita anggap tidak baik, tidak terulang.

Menjalin hubungan atau berpacaran selama satu tahun, lima tahun atau bahkan sampai sepuluh tahun dan di antaranya berpacaran jarak jauh karena dipisahkan jarak dan waktu. Lalu kemudian menikah dan membangun bahtera rumah tangga.

Apakah berpacaran sekian lama bisa menjadi ukuran sebuah keluarga bahagia? Atau dengan rentang waktu satu tahun atau lebih apakah sudah cukup bagi satu pasangan untuk saling mengenal? 

Jawaban pertanyaan ini pasti berbeda-beda bagi setiap orang.

Jangankan satu tahun, teman saya yang kenal dengan seseorang lewat media sosial, kemudian memutuskan berpacaran dan baru tiga bulan langsung menikah. Waktu yang sangat singkat. Dan sampai sejauh ini keluarga tersebut masih langgeng dan sudah dikaruniai satu anak.

Berbicara tentang kasih sayang, cinta, dan hubungan asmara yang begitu membutakan mata terkadang bisa menjadi racun (toksik) bagi kita di masa yang akan datang. Atau ketika kita mengatakan ya tanpa pertimbangan yang matang, lalu kemudian saat menjalani bahtera rumah tangga 'racun' yang kita simpan itu mulai muncul.

Sekadar berbagi pengalaman dari apa yang kita dapatkan dari beberapa teman dan pasangannya. Ada sebagian orang dan pasangan tidak sadar bahwa dirinya terjebak dalam hubungan asmara yang toksik.

Padahal, sejak jauh-jauh hari sudah diingatkan oleh keluarga, sahabat, atau orang di sekitarnya yang mengingatkan bahwa hubungan toksik yang sedang mereka jalani.

Tapi, itu tadi, karena rasa cinta dan sayang (terkadang berlebihan), kita tidak lagi bisa berpikir logis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline