Lihat ke Halaman Asli

James P Pardede

Freelancer

Rindu Ramadan yang Tak Memandang Latar Belakang

Diperbarui: 6 Mei 2019   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indahnya kebersamaan-foto by James P Pardede

Setiap kali memasuki bulan suci Ramadhan, saya jadi teringat dengan suasana di pedesaan yang tak pernah memandang latar belakang seseorang apakah ia menganut agama yang sama atau bukan. Yang mereka pandang adalah bahwa kita semua bersaudara dan sama-sama memiliki tanggung jawab kepada agamanya masing-masing.

Suasana yang sangat kental dengan kebersamaan itu ada di Desa Sidap-dap, Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan, tempat kelahiran ibu saya dan sekaligus sebagai tempat tinggal ompung (kakek dan nenek) saya.

Mengenang masa kecil saat kebersamaan dengan keluarga ompung saya di daerah Tapanuli Selatan, bertepatan dengan suasana liburan sekolah, saya selalu memilih berlibur ke kampung halaman ibu saya, karena di daerah ini sangat dingin cuacanya dan udaranya masih sangat segar.

Kenangan bulan Ramadhan di desa ini adalah, setiap kali berbuka puasa saya selalu diajak makan bersama dengan saudara ompung saya yang beragama Islam. Hari ini ke rumah ompung A dan besoknya lagi ke rumah ompung yang lain. Saya sangat senang dengan keadaan itu karena kentalnya kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin tak pernah mempersoalkan latar belakang.

Setelah selesai musim Ramadhan, saya juga ikut merasakan bagaimana meriahnya merayakan hari kemenangan. Tepat pada malam takbiran, saya diajak oleh Tulang (paman) saya yang beragama Islam untuk ikut memukul bedug di masjid yang ada di desa itu.

Dengan penuh semangat saya berkali-kali memukul bedug dan ikut berkeliling dengan teman-teman sebaya pada masa itu. Keesokan harinya, saat merayakan Idulfitri saya juga ikut berkeliling ke rumah-rumah dan menikmati kue lebaran.

Sebenarnya, yang paling menarik saat ikut rombongan Tulang ini ke rumah-rumah adalah dapat uang (angpao) dari keluarga yang dikunjungi. Dan kebersamaan ini masih tetap membekas dibenak saya. Kalau melihat kondisi hari ini mungkin sudah sangat jauh berbeda dengan keadaan masa lalu. Saya tidak tahu apakah kebersamaan itu masih terjalin erat antara yang satu dengan yang lain tanpa memandang latar belakang.

Harapan saya di bulan Ramadhan 1440 H tahun ini, kebersamaan itu masih tetap terjaga dimana pun kita berada tanpa pernah mempermasalahkan latar belakang dan agama yang kita anut. Kita semua adalah sama dihadapan Tuhan, sama-sama memiliki tanggung jawab dalam menjalankan agamanya masing-masing.

Mari sama-sama menjunjung tinggi perbedaan dan mempererat kebersamaan. Kita adalah saudara, siapa pun di antara kita yang disakiti tanpa memandang latar belakang, kita harus menaruh kepedulian.

Sekarang saatnya kita saling mengingatkan, saling menegur dan saling menghargai. Saudara kita yang menjalankan ibadah puasa harus kita hargai dan bila perlu kita ikut mengingatkan saudara kita jika lupa menjalankan sholat. Karena, saya selalu mengingatkan ompung saya dulu untuk selalu sholat terutama saat bangun pagi (subuh).

Masih dalam momentum bulan suci Ramadhan ini, saya mempunyai harapan agar kita semua saling menghargai, saling melengkapi dan saling mengingatkan. Saya masih merindukan adanya kebersamaan sampai hari ini, dulu kalau tetangga saya menjalankan ibadah puasa sering berkirim makanan ke rumah. Sama halnya pada saat Natal dan Tahun Baru kami berbagi kue dan makanan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline