Punya kesempatan berkunjung ke Kota Bagansiapiapi, rasa penasaran saya selama ini terjawab juga akhirnya. Sebagai ibu kota Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) sesungguhnya Kota Bagansiapiapi memiliki keunikan tersendiri. Saat menginjakkan kaki di kota ini, kesan pertama saat melihat Kota ini adalah kota kecil yang terus berkembang dan melakukan berbagai perubahan.
Kota ini dihuni oleh masyarakat yang sangat beragam dan berasal dari berbagai latar belakang. Bentuk rumah di Bagansiapiapi lebih dominan berbentuk rumah panggung. Salah satu sekolah tertua di kota ini pun masih berbentuk rumah panggung, yaitu Yayasan Perguruan Wahidin yang berdiri kokoh dengan material bangunan berbahan baku kayu dan sangat kuat. Gedung sekolah yang sudah puluhan tahun ini telah melepas lulusannya ke seluruh penjuru bumi.
Bagansiapiapi seperti dituturkan salah seorang warganya akan mencapai puncak keramaian pengunjung pada saat acara ritual bakar tongkang (di bulan Juni atau bulan Juli setiap tahunnya). Pada saat acara arak-arakan kapal tongkang, penginapan dan hotel di kota ini akan penuh. Sebagian dari perantau dan wisatawan yang ingin menyaksikan jalannya acara ritual bakar tongkang akan tinggal di ruman-rumah penduduk atau penginapan yang telah dipersiapkan panitia acara.
Saat matahari pagi memperlihatkan wujudnya diufuk Timur, satu per satu pertokoan di Jalan Perdagangan, Jalan Klenteng serta jalan lainnya di Kota Bagansiapiapi mulai membuka usahanya. Mencari sarapan pagi yang halal di kota ini tidak sulit. Ada banyak pilihan makanan yang bisa disantap dari pagi sampai malam hari.
Warung kopi juga banyak ditemukan di kota ini dan hampir semuanya memiliki fasilitas jaringan internet WiFi. Tinggal pesan kopi atau teh, lalu sarapan pagi dan bisa berselancar sejenak di dunia maya untuk melihat berita terbaru atau sekadar update status di media sosial.
Sama halnya dengan malam hari, kota ini terlihat semakin hidup karena banyak penjual makanan membuka lapaknya di jalan-jalan utama Bagansiapiapi. Mulai dari makanan ringan sampai menu makan malam ada disajikan. Salah satu warung makan yang dikenal banyak kalangan di kota ini adalah Warung Kopi Asim. Warung ini buka selama 24 jam dengan menu makanan yang beragam.
Pagi hari ada menu sarapan pagi, siang hari ada menu makan siang dan malam hari ada menu makan malam 'nasi uduk' dan nasi sayur yang diminati pengunjung. Saat menikmati secangkir kopi di malam hari, banyak pengunjung yang datang tidak hanya sekadar makan tapi juga mengerjakan sesuatu di komputer jinjingnya (laptop). Warung kopi lainnya menawarkan menu yang berbeda juga.
Bagi yang ingin menikmati mie goreng kwitiau khas Bagansiapiapi bisa pilih yang halal atau yang haram. Di kota ini, penjual makanan selalu menuliskan kata Halal dan Non Halal di depan warungnya untuk lebih memudahkan wisatawan dalam memilih menu makanan yang disukai.
Kalau punya kesempatan berkeliling di Bagansiapiapi, hal pertama yang menarik perhatian adalah keberadaan klenteng yang berdekatan dan desainnya beraneka ragam.
Saat berada di klenteng tertua Bagansiapiapi, yaitu klenteng In Hok Kiong yang sudah berdiri sejak tahun 1823, ada rasa kagum saat melihat material bangunannya yang kokoh. Posisi klenteng ini berada disudut Jalan Klenteng Bagansiapiapi.
In Hok Kiong tak hanya merupakan kelenteng tertua, namun juga menjadi pusat keagamaan umat Kong Hu Cu, sekaligus pusat kebudayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi.