KOPERASI "BERKEDOK", sukses meraih keuntungan karena kedekatannya dengan "Nasabah", respon yang cepat atas kebutuhan Nasabah dan mereka mengerti psikologi Nasabah. Sengaja disebut Nasabah karena di sana tidak mengenal istilah Anggota. Simpanan hanya kedok, yang penting pinjam dengan jaminan atau tanpa jaminan. Tanpa jaminan jika melihat usia warung/UMKM dan penjualan harian lancar. Nasabah "didik" supaya membayar atau melunasi tepat waktu. Sukses sebagai "KSP" dengan Nasabah yang sebagian besar adalah UMKM, pemilk warung, pedagang pasar tetapi banyak juga perorangan. Tentu mereka tidak pernah bucara SHU
Ada yang bisa dipetik dari keberhasilan mereka,dia natanya menolong nasabah yang membutuhkan dana tanpa ribet serta kegesitannya dalam melakukan kegiatan sales dan meketing. Bisa jadi mereka sudah melakukan digitalisasi, misalnya menggunakan aplikasi dalam penagihan dengan laporan realtime kepada Pemilik dan Nasabah.
BANK KELILING alias bangke alias rentenir di Jawa Barat, disebut "bank emok", yaitu bank berjalan yang memberikan pinjaman mikro dengan bunga mencekik kepada ibu-ibu rumah tangga (berkelompok). Emok sendiri dalam bahasa Sunda artinya duduk lesehan. Jadi pemberian pinjaman dilakukan sambil duduk lesehan. Gayanya meniru Graemen Bank Bangladesh yang nasabahnya adalah ibu-ibu. Masyarakat perlu terus diedukasi agar mengetahui perbedaan Koperasi Asli dan Koperasi Abal-abal.
Muhamad Yunus dengan Graemen Bank, seorang bankir dari Bangladesh mengembangkan konsep kredit mikro dengan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum, tentu saja bunganya tidak mencekik. Graemen mampu mensejahterakan kelompok miskin, sehingga Muhamad Yunus dengan Graemen Bank meraih pemenang Nobel Bidang Ekonomi pada tahun 2006.
Lalu, di lingkungan "halak hita" di Sumut, bank keliling dikenal istilah dengan istilah "partagi" (penagih) yang rajin mengunjungi nasabahnya melakukan penagihan door to door. Partagi yang sebagian besar berasal dari Sumut , di Jawa Barat mereka sering disebut sebagai pekerja di CV Punten, artinya kalau mau menagih selalu dimulai dengan kata punten. Dalam bahasa Sunda, punten bermakna permisi dan maaf (mau nagih nih). Yang paling menggelikan tentu saja bank keliling sering mengaku berasal dari Koperasi atau BPR. Kita tahu bahwa bank keliling dimiliki oleh perorangan atau pemodal besar.
Halak kita memang terkenal ulet dalam berusaha dan menguasai bisnis jasa keuangan dengan baik. Mereka menyebar hampir di manapun mereka berada. Agar terlihat resmi,dan naik kelas sebagian mendirikan BPR dan "koperasi". Koperasi dalam tanda petik karena koperasi yang dibentuk atau didirikan biasanya dikuasasi oleh keluarga terdekat, dengan jumlah pendiri (founder) 9 orang. Banyak yang sukses dan kaya raya, hingga mampu menjadi wakil rakyat atau kepala daerah, karena memiliki modal uang yang kuat.
Apapun itu memang masalah ekonomi, mikro maupun makro membutuhkan sebuah lembaga resmi Bank maupun Koperasi. Kedua institusi yang bergerak di jasa keuangan memang diatur ketat oleh Pemerintah melalui regulasi
MENGGUNAKAN NAMA KEDOK KOPERASI
Koperasi adalah sebuah badan usaha yang beranggotakan sekumpulan orang yang kegiatannya berlandaskan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong.
Nah, banyak terjadi bank emok dan partagi banyak yang mengaku berasal dari Koperasi. Koperasinya resmi berbadan hukum, namun pendirinya berasal dari keluarga : bapak,ibu, anak, menantu, ipar yang berada pada ring-1 keluarga. Meskipun sekarang dalam pendirian Koperasi , Notaris meminta harus ada Surat Keterangan bahwa Pengurus tidak ada hubungan keluarga. Pembenarannya, "koperasi" tadi memang didirikan secara gotong royong dan kekeluargaan (maksudnya keluarga sendiri). Model koperasi seperti ini biasanya basisnya bukan anggota tetapi modal. Pengurusnya dari kalangan keluarga saja, yang penting modalnya besar. Anggota koperasi adalah nasabah yang mungkin tidak perlu menyimpan, tapi rajinlah meminjam.