Lihat ke Halaman Asli

Ketika Intelijen “Keceplosan”

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13909135011472446943

[caption id="attachment_308841" align="aligncenter" width="300" caption="Gw Intel Loh !!! - Ilustrasi Flickr"][/caption]

Dalam satu kedai kopi sekalipun, setiap pelanggan yang datang mempunyai beragam tujuan masing-masing yang berbeda satu sama lain, walaupun sama-sama sudah mengetahui aturan baku nya, bahwa ketika masuk kedalam kedai, maka harus segera memesan menu utama kopi, camilan atau minuman lain yang tersedia sesuai menu untuk bisa di terima duduk di kursi santai dan kemudian menikmatisuasana sesuai dengan tujuan awalnya. Tujuan awal yang pastinya berbeda-beda, hanya mau minum kopi karna memang pecandu kafein atau sekedar menghilangkan kantuk, janjian ngobrol dengan orang lain, menunggu pasangan atau dan lain sebagainya”.

Sama halnya ketika seseorang memutuskan untuk mendaftar dan menjadi personel Intelijen Negara, baik hanya karena mau “iseng-iseng berhadiah” karena semakin sulitnya lowongan pekerjaan atau karna memang karena tekad bulat niat kuat ingin menjadi bagian dari intelijen, keduanya pasti sudah tau dan menyadari betul aturan mainnya bahwa dunia intelijen penuh dengan keterselubungan, rahasia dengan begitu banyak samaran, sehingga tidak akan bisa lagi bersikap pamer membuka jati diri sebenarnya, narsis, apalagi berpublikasi di depan publik.

Sesuai dengan sinonim dari intelijen yaitu rahasia, bukannya tidak mungkin seorang personel intelijen Negara harus menjalani begitu banyak peran kehidupan dalam penyamarannya sesuai dengan misi dan operasi yang sedang di jalankannya. Jadi lupakanlah mencantumkan “identitas asli” ketika mengisi kolom “about” di akun FB, memberitahukan bekerja dimana ketika di tanya orang lain, atau bahkan tidak bercerita kepada keluarga sekalipun apa yang sedang di kerjakan, yang bisa ditampilkan hanyalah samaran sesuai dengan kebutuhan dan perintah.

Bagaimana jadinya jika seorang personel Badan Intelijen Negara (BIN) yang menduduki posisi elite bisa mengekspos dirinya secara terang-terangan sebagai personel BIN lengkap dengan jabatan dan nama direktorat dimana dia bekerja, bahkan sampai membeberkan jejaringnya ketika sedang di wawancarai oleh awak media, sehingga kemudian identitas nya ini tertera secara jelas di sebuah Media Cetak dan terpublikasi kepada publik. (Baca berita “BIN : Agus sudah Bebas Pantauan”, Terbitan Harian Tribun Timur Makasar, Edisi, 26 januari 2014).

[caption id="attachment_308595" align="aligncenter" width="401" caption="Publikasi Aktivitas Intelijen - Flickr"]

1390819084842062691

[/caption]

Inikah gambaran bahwa seorang personel intelijen “kawakan” sekalipun bisa lupa diri, lupa dengan aturan main dan begitu merindukan untuk mempublikasikan siapa dirinya kepada publik? Ataukah gambaran seorang personel intelijen yang sudah lelah untuk selalui tersamar setelah sekian lama bermain sandiwara? Tentunya hanya orang yang bersangkutan yang tau apa alasannya.

Tindakan seperti ini tentunya sangatlah tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang personel intelijen Negara, terlebih dengan posisi elite seperti ini karena selain tidak sesuai dengan kode etik intelijen, akan tetapi bukannya tidak mungkin pengakuan seperti ini bisa saja membahayakan dirinya sendiri atau kredibilitas intelijen secara instansi yaitu Badan Intelijen Negara (BIN).

Sebagai salah satu badan resmi Negara yang sering dikatakan berada di wilayah dan berperan “abu-abu”, tentunya Badan Intelijen Negara (BIN) tetaplah mempunyai hak dan porsi tersendiri untuk ber-publikasi kepada publik yang tentunya dapat dilakukan oleh bagian-bagian tertentu yang memang sudah berwenang dan bertugas untukmelakukannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline