Jika ada pertanyaan seperti judul di atas, pasti banyak yang akan langsung menjawab, "Rakyat". Memang benar, tentunya sang Presiden akan memilih rakyatnya, oleh karena beliau itu sendiri adalah merupakan hasil dari pilihan rakyat. Selain daripada itu, beliau juga mengemban amanat Undang-undang Dasar sebagai mandataris rakyat dan berkewajiban penuh untuk melindungi serta menyejahterakan rakyat dan bangsanya Indonesia.
Tapi tunggu dulu, jika Presiden diberikan pertanyaan, "Apakah para dokter adalah juga termasuk rakyatnya atau bukan?" Saya yakin sang Presiden akan juga mengiyakan hal tersebut. Jadi disini terjadi suatu integrasi, bahwa para dokter juga adalah rakyat. Lalu apakah dengan begitu otomatis para dokter tersebut sama dengan rakyat yang lain? Nah, kebalikan dari hal di atas tadi, maka menjawab hal ini akan ditemukan disintegrasi, yaitu pemisahan antara dokter sebagai warga negara dan dokter sebagai profesi yang berarti termasuk dalam kelompok profesional yang berbasis akademis.
Sungguh suatu hal yang menarik. Di satu sisi, jika dokter standing position nya adalah sebagai rakyat, maka mau tak mau Presiden juga harus menjamin untuk melindunginya serta menyejahterakannya. Nah, hal kemudian akan menjadi berbeda jika posisi dokter berubah menjadi tugas profesi, di sini para dokter akan menjadi pelayan rakyat. Pelayanan dokter tentunya adalah ditujukan kepada rakyat, maka di posisi ini dokter akan menjadi seseorang yang berhadapan dengan rakyat. Dalam konteks ini dokter mempunyai kewajiban profesi untuk menyehatkan dan menyembuhkan rakyat dari sakit penyakitnya. Sekarang, bagaimanakah pilihan atau pandangan sang Presiden terhadap tugas dan kewajiban para dokter ini?
Apakah Presiden Jokowi kemudian akan mengenyampingkan peran profesi para dokter demi semata-mata kesejahteraan rakyat? Atau apakah sang Presiden akan menuntut kerja keras para dokter untuk mengabdi demi rakyat dan bangsanya dan tidak perlu memperhatikan kesejahteraan para dokter yang penting rakyatnya sejahtera? Saya yakin tidak demikian. Hmmm, seorang Presiden yang bijak tentunya akan memperhatikan aspek proporsional, dimana para dokter tersebut haruslah mendapatkan penghasilan yang layak dan sesuai dengan risiko pekerjaannya yang sangat tinggi. Ya, sangat tinggi oleh karena berhubungan langsung dengan nyawa manusia. Dengan demikian, tentunya adalah hal yang tidak wajar dan sangat menyedihkan jika seorang dokter diberikan gaji yang lebih rendah dari gaji seorang sopir Transjakarta. Begitupun juga alangkah rendahnya, jika seorang dokter yang melakukan suatu tindakan medis yang sangat berisiko tinggi, misalnya melakukan operasi pada tubuh pasiennya oleh karena mengancam nyawa, namun hanya diberikan jasa medis yang sangat kecil oleh karena sistem paket pembayaran, dimana digabungkan semua total pembayaran antara obat, bahan habis pakai dan jasa perawatan ruangan serta pemakaian fasilitas kesehatan dengan jasa medis seorang dokter termasuk paramedisnya, sehingga setelah dibagi maka akan menjadi sangatlah kecil. Demikian juga sistem kapitasi pasien yang harganya sangat rendah, sehingga setiap pelayanan satu pasien, seorang dokter dibayar dengan jumlah yang lebih kecil dari biaya kencing di toilet umum negara tetangga Singapura atau Malaysia apalagi negara Eropah dan Amerika Serikat. Memang jumlah kapitasi yang kecil ini tetap akan menguntungkan jika di tempat yang padat penduduknya, misalnya di kota-kota besar, tetapi bagaimana dengan tempat yang kecil apalagi terpencil yang distribusi penduduknya kecil? Memang harus diakui bahwa banyak juga dokter yang berpenghasilan ratusan juta sebulan. Tapi apakah sang Presiden mempunyai data yang sahih, berapa besar dokter yang bergaji dan berpendapatan tinggi dibandingkan dengan yang berpendapatan lebih kecil dari gaji seorang sopir pemerintah di provinsi yang di nahkodai oleh seorang gubernur yang nama bekennya Ahok? Saya yakin, jika di data, maka akan didapatkan banyak sekali dokter-dokter yang gajinya sangat kecil, terutama yang masuk dalam kelompok dokter umum yang pendapatannya sangat kecil dibandingkan dengan risiko pekerjaan yang sangat berisiko tinggi, baik terhadap nyawa pasiennya, maupun terhadap nyawanya sendiri.
Melihat kepemimpinan sang Presiden Jokowi, saya yakin beliau tidak akan "mengorbankan" para dokter dengan memegang anggapan bahwa biarlah para dokter mendapat gaji dan penghasilan yang kecil asalkan para rakyatnya senang dan terlayani. Saya sangat yakin Presiden Jokowi tidaklah demikian. Pasti beliau akan melihat keseimbangan di sana, dia akan menjamin para dokter bersamaan dengan itu juga menjamin rakyatnya, karena sebenarnya dokter juga adalah bagian dari rakyat itu sendiri. Dokter adalah lahir dari rakyat, bekerja dan melayani untuk rakyat Indonesia juga.
Dengan pemahaman positif ini, maka harapan saya untuk Pemerintahan Presiden Jokowi juga otomatis menjadi positif. Karena jika Presiden sampai mengabaikan dan meminggirkan keseimbangan antara peranan dokter dan rakyat yang dilayaninya, hal ini akan sangat berbahaya. Oleh karena, peranan dokter untuk ketahanan Nasional tidak kalah pentingnya. Bagaimana suatu bangsa akan maju dan besar kalau rakyatnya sakit? Begitu juga hal ini akan makin parah jika para dokternya juga ikut sakit. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, baik di sektor ekonomi maupun pembangunan secara keseluruhan.
Semoga Presiden akan cepat mengambil tindakan yang bijak dan tepat. Sehingga gejolak para dokter yang saat ini merasakan seperti "diserang" dari segala penjuru akan sirna. Karena tidaklah baik efeknya jika para dokter dan tenaga kesehatan yang merupakan ujung tombak pelayan dan penjaga sehatnya suatu bangsa merasakan seperti berhadapan atau menjadi sasaran tembak dari negaranya sendiri. Semoga memori tentang peranan para dokter pendiri bangsa kita ini, seperti Soetomo, Wahidin Sudirohusodo, Cipto Mangunkusumo, dan masih banyak lagi akan selalu mengingatkan kita semua bahwa para dokter pendahulu kita juga adalah pendiri bangsa ini. Tentunya mereka menginginkan kita sebagai para dokter akan meneruskan cita-cita besar mereka untuk membangun dan membuat negara dan bangsa kita Indonesia tercinta ini akan makin jaya dan membanggakan di mata dunia. Semoga bapak Presiden dapat memahami hal ini dan akan mengambil keputusan besar yang akan membahagiakan para rakyatnya dan tentunya para dokter Indonesia, karena dokter juga adalah bagian dari rakyatnya. Majulah Indonesia, jayalah Bangsaku, Indonesia jayamahe!
James Allan Rarung
*Ketua IDI Cabang Sitaro