Lihat ke Halaman Asli

Jamesallan Rarung

Dokter Kampung dan Anak Kampung

Saklar Sperma: Apakah akan Menggantikan Vasektomi sebagai Metode Kontrasepsi Pria?

Diperbarui: 11 Januari 2016   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Bimek SLV, www.bimek.com]

Baru-baru ini di Jerman mulai diperkenalkan sperm switch atau saklar sperma. Mekanisme kerja alat kecil ini, mirip dengan Vasektomi, dimana perbedaannya adalah, jika pada prosedur vasektomi maka ke-2 saluran vas deferens, yaitu saluran atau semacam pembuluh/ pipa kecil tempat lewatnya spermatozoa menuju uretra (saluran yang berawal dari kandung kemih menuju dan melewati bagian dalam penis sampai pada ujungnya, sebagai tempat keluarnya air kencing dan cairan semen atau air mani) akan diikat/ diklem kemudian dipotong dan diikat kembali atau juga bisa dikauter. 

Sedangkan metode pada alat saklar sperma ini, perbedaan dan kelebihannya adalah alat ini memiliki tombol atau kenob "buka-tutup" atau "on-off". Pada saat alat ini terpasang pada ke-2 vas deferens, mekanisme pemasangannya, mulai dari mengiris kulit pada kantung buah sakar/ skrotum sampai vas deferens terlihat dan ditemukan, sama prosedurnya dengan vasektomi.

Nah, selanjutnya, jika tombol "off" atau tutup tidak ditekan, maka alat ini akan berada dalam posisi terbuka atau "on" dengan demikian aliran sperma dari testis melalui duktus spermatikus (pengumpul sperma) akan sama seperti dalam kondisi normal, yakni akan terus melewati vas deferens dan selanjutnya kemudian akan bercampur dan disemprotkan bersama-sama cairan semen/ mani (cairan pembawa sperma sekaligus pelicin dan nutrisi untuk sperma) pada saat terjadinya ejakulasi. 

Namun jika sebaliknya dilakukan, yaitu tombol "off" pada alat ini ditekan, maka aliran sperma dari duktus spermatikus akan terblokir dan tidak bisa lagi melewati ke-2 saluran vas deferens tadi, sehingga jika terjadi ejakulasi maka cairan mani tidak akan lagi mengandung spermatozoa atau istilah awam "pelurunya kosong". Tentunya tidak otomatis terjadi kekosongan tersebut segera setelah alat ini dalam posisi "off", akan tetapi masih ada sisa-sisa sperma pada saluran yang mengarah ke uretra, oleh karena itu tidak boleh dianggap sudah bisa langsung dipakai dalam keadaan "bebas sperma", namun perlu dibersihkan dulu dengan cara menunggu sampai 3 bulan atau untuk sementara memakai kondom dulu saat melakukan sanggama dan hitung sampai 20 kali ejakulasi, jika sudah tercapai jumlah tersebut, maka dianggap sudah bersih salurannya dari sperma dan sudah dapat dianggap "steril".

Sebaliknya lagi, jika nantinya ingin "subur" atau ingin punya anak lagi, maka tinggal menekan tombol "on", maka saluran vas deferens kemudian akan terbuka dan sperma dapat lewat lagi, lalu akan kembali ikut bercampur dengan cairan mani yang akan keluar jika terjadi ejakulasi. Sederhana dan sangat menarik bukan? Bagaimana ada yang berminat?

Alat ini namanya Bimek SLV , menurut nama penggagasnya dan juga yang pertama memakai alat ini untuk uji penelitian, yaitu Clemens Bimek. Ukuran dari alat ini adalah 7 x 11 x 18 milimeter, dengan berat 2 gram saja. Memang saat ini belum dapat ditemukan di pasaran Indonesia. Tapi pasti tidak lama lagi akan ada atau dapat dipesan langsung ke Jerman atau Eropah. 

Oleh karena itu, silahkan mempersiapkan diri siapa saja yang tertarik memakai alat ini. Tentunya untuk hasil yang lebih baik dan aman, silahkan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahlinya.

 

James Allan Rarung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline