Saat di Indonesia, saya sering suka makan di kaki lima. Harganya terjangkau dan makanannya tidak kalah enaknya oleh rumah makan terkenal atau rumah makan yang mewah. Tapi, ada alasan selain itu kenapa saya suka makan di kaki lima yang berdasarkan alasan etik dan ekonomis.
Tukang kaki lima biasanya dimiliki oleh wirausaha dari rakyat kecil. Walaupun mereka bisa menjadi pengemis, pencopet atau preman, mereka malah memilih bekerja keras dalam usaha yang jujur dan tulus. Jika kita mendukung dan membeli makanan dari kaki lima, kita bisa kasih kesempatan kepada rakyat kecil untuk mencari rezeki yang halal demi sesuap nasi.
Orang yang rata-rata punya gaji yang lebih kecil, menggunakan porsi lebih besar dari gajinya untuk membeli makanan dan hal-hal lain yang penting untuk kehidupan mereka.
Oleh karena itu, jika mereka dapat uang lebih banyak dari menjual satu porsi lebih banyak di kaki lima, kebanyakan uang lebih itu akan digunakan lagi dengan cepat untuk membeli makanan dan lain-lain.
Dalam jurusan ekonomi, ini terkenal sebagai kecenderungan mengkonsumsi marjinal, dan orang dengan gaji lebih kecil akan ada kecenderungan mengkonsumsi marjinal yang lebih besar.
Rakyat kecil juga kecenderungan menggunakan uang mereka di pasar dan toko yang juga dimiliki oleh rakyat kecil. Karena uang lebih yang mereka dapat dari menjual satu porsi makanan dari kaki limanya cepat digunakan dan dikasih kepada rakyat kecil lain yang juga punya kecenderungan mengkonsumsi marjinal yang tinggi, uangnya cepat ganti tangan terus-menerus.
Di dalam jurusan ekonomi fenomena ini dikenal sebagai efek pengganda. Uang sekecil sepuluh ribu yang digunakan untuk membeli makanan di kaki lima akan ada dampak kepada ekonomi lokal yang jauh lebih besar dari sepuluh ribu karena sepuluh ribu rupiah itu akan cepat ganti tangan dan menstimulasi ekonominya.
Setiap kali kamu membeli makanan dari kaki lima, kamu akan menyuntik uang ke dalam ekonomi lokal dan menstimulasikan ekonominya.
Tapi jika kita lebih memilih membeli makanan dari perusahaan makanan cepat saji global, itu akan ada dampak apa? Perusahaan makanan cepat saji global sudah tumbuh di Indonesia dan bisa dicari di mana-mana. Tapi karena perusahaan-perusahaan itu sering dimiliki oleh orang asing, sebagian keuntungan perusahaannya akan keluar negeri. Perusahaan-perusahaan itu juga ada pemilik waralabanya di Indonesia yang sering dimiliki oleh orang kaya Indonesia.
Orang kaya itu akan ada kecenderungan mengkonsumsi marjinal yang jauh lebih rendah. Ini semuanya maksud jika kita membeli makanan berharga sepuluh ribu rupiah di rumah makan seperti ini, sebagian dari uang ini akan ke luar dari ekonomi lokalnya.
Membeli makanan dari kaki lima bisa membantu membangkit ekonomi lokal, menyediakan pekerjaan untuk rakyat kecil dan menjamin bahwa anak yang dibesarkan di dalam keluarga dari rakyat kecil bisa dapat akses kepada kehidupan yang lebih baik lewat pendidikan dan kesehatan karena rezeki yang didapat oleh orangtuanya.