Lihat ke Halaman Asli

James Kavanagh

Tanpa Jabatan

Di Antara Harga Bule dan Harga Sule

Diperbarui: 10 Februari 2019   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya mau menulis tentang isu harga bule. Sebagai bule, saya sudah terbiasa dengan konsep harga bule. Ada banyak orang yang pikir harga bule tidak adil dan tanya mengapa orang bule harus bayar sampai sepuluh kali lipat harga orang Indonesia untuk mengunjungi tempat pariwisata seperti Borobudur? Saya sebagai seorang bule berpendapat bahwa harga bule ada pro dan kontra dan akan menjelaskan itu di dalam artikel ini.

Jika saya ingin mengunjungi museum, taman dan tempat pariwisata, saya sudah siap membayar harga lebih besar dari pacar saya yang asli Indonesia. Tapi sejujurnya, saya tidak ada masalah dengan ini. Saya masih tinggal di luar negeri, dan gaji saya di negara asal saya adalah gaji yang biasa saja. Walaupun gaji saya biasa saja di dalam negara saya, karena nilai tukar uang dari negara saya kuat, saya bisa mendadak menjadi orang yang lebih kaya dari rata-rata di Indonesia. Itu maksud walaupun harga bulenya lebih mahal dibandingkan dengan harga orang lokal, harganya masih lumayan terjangkau untuk saya.

Alasan lain saya tidak keberatan membayar harga bule adalah untuk membantu mendanai museum, taman dan tempat pariwisata lain di Indonesia biar harganya bisa menjadi lebih terjangkau untuk rakyat kecil di Indonesia. Uang dari harga bulenya bisa membantu menurunkan harganya dan membuka tempat wisata yang mendidik seperti museum dan tempat rekreasi seperti taman untuk rakyat kecil. 

Menurut saya, itu tidak adil jika rakyat kecil di Indonesia tidak dapat kesempatan untuk memperluas wawasan mereka lewat mengunjungi museum atau menikmati alam Indonesia karena harganya tidak terjangkau. Saya menganggap membayar harga bule sebagai kesempatan untuk membantu mewujudkan sila kelima dalam Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Walaupun ada beberapa alasan saya mendukung harga bule, saya juga ada kritisime yang saya akan panggil "harga Sule". Saya tidak mau menyinggung Sule dan saya hanya memilih namanya karena namanya bersajak dengan kata bule. Maksud apa saya dengan harga Sule? Semua orang Indonesia pasti sudah tahu Sule karena dia selebriti terkenal. 

Sule punya gaji yang sudah jauh lebih besar dari rata-rata orang Indonesia, dan mungkin juga lebih besar dari rata-rata orang bule juga. Walaupun ada orang bule yang super kaya, kebanyakan bule tidak punya gaji yang sebesar itu. Tapi sistem harga bule membedakan orang berdasarkan warna kulitnya saja dan ini menjadi masalahnya. 

Orang bule yang tidak sekaya Sule harus tetap bayar harga bule, walaupun harga Sule adalah harga yang sama dengan semua rakyat kecil di Indonesia. Apa itu adil bahwa orang bule dengan gaji biasa-biasa saja harus bayar harga yang mungkin bisa sepuluh kali lipat dari orang kaya di Indonesia seperti Sule?

Saya sejujurnya sedikit ragu tentang keadilan sistem ini di mana harga Sule lebih rendah dari harga bule. Meskipun saya ragu dengan keadilan sistem ini, saya tetap mendukung konsep harga bule asalkan itu membantu membuka tempat rekreasi, museum dan tempat pariwisata bermanfaat lain untuk rakyat kecil. 

Kepariwisataan ke negara seperti Indonesia tidak hanya tentang dapat pengalaman, melihat tempat baru dan sebagainya, tapi itu juga tentang mengasih sesuatu kepada Indonesia juga. Wisatawan ke Indonesia membangkit ekonomi lokal, membaur bersama orang lokal dan saling membagi pengertian tentang perbedaan budaya, bahasa, agama dan lain-lain. 

Satu cara terbaik untuk mengasih sesuatu kepada Indonesia adalah lewat harga bule, yang membantu membuka akses kepada kekayaan pengetahuan di museum dan kekayaan alam Indonesia di taman kepada rakyat kecil di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline