Siapa yang tak merasa jengkel Jika sedang berjalan kaki di trotoar eh malah disikat oleh kendaraan lain dan pedagang kaki lima yang berjualan seenaknya di trotoar. Ini dia yang sering saya lihat ketika pulang kerja, potret yang sudah tak asing lagi terutama di Ibu kota. Sepertinya trotoar bukanlah menjadi hak pejalan kaki lagi namun juga para pedagang dan pengemudi kendaraan yang seenaknya menerobos trotoar. Parah...! sepertinya hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tapi kalo bicara hukum dan peraturan di Indonesia ibarat kata susahnya minta ampun. Jangankan minta hak menjalankan kewajiban saja meski kena pajak ini itu. Back to Trotoar ...!! Anak kecil juga saya rasa tahu kalo trotoar gunanya untuk menfasilitasi para pejalan kaki. Jadi itu wajib dipakai para pejalan kaki, lantas gimana kalo kita lihat potret trotoar di bawah ini. Weleh...weleh.... saya heran yang salah jalanannya yang macet apa para penguna kendaraan terutama para pengguna kendaraan bermotor nakal yang sama sekali ngak disiplin peraturan lalu lintas. Itulah orang kita takutnya kalo ada aparat polisi yang berjaga-jaga, dijamin ngak bakal ada yang namanya trotoar berubah fungsi jadi jalanan. Kesadaraan akan hal itu dirasa masih sangat kurang. Ada lagi nih trotoar di pakai sebagai pangkalan ojek padahal jelas terlihat ada papan rambu-rabu lalulintas yang terpampang " dilarang parkir motor" haduh serba salah deh nih . Ulah tukang ojek nakal ini jadi membuat saya semakin bingung loh sama polisi. Pertama , bingung kenapa kok gak ada polisi yang bertugas untuk mentertibkan keadaan ini, kedua apa kelakuan si tukang ojeknya yang ngeyel padahal sudah jelas banget kan kalo disitu terpampang rambu lalulintas" dilarang parir". "Bener sekali kalo peraturan itu di buat utnuk dilanggar" . (upss jangan diikutin ya). Selanjutnya maraknya pedagang kali lima yang berjualan di trotoar. Hal ini semakin membuat para pejalan kaki merasa risih dan juga terhambat karena harus mengantri berjalan. Bahkan beberapa waktu lalu saya melihat warung tenda yang jelas menutupi jalan terotoar sehingga para pengguna jalan harus berjalan ke jalanan bukan ke trotoar. Satu sisi sangat membantu memang, namun jika kita lihat dari letak tata Kota keadaan ini justru sangat tidak sesuai. Pemerintahpun seharusnya menyediakan tempat khusus untuk para pedagang yang hendak berjualan,intinya jangan salah kaprah. Trotoar kali ini menurut saya bukanlah hak para pejalan kaki lagi melainkan hak bagi mereka pengendara dan juga pedagang kaki lima. Bahkan sering pula kita temukan pengemis bahkan gelandangan yang berada di trotoar. Kalau seperti ini kita mau salahkan siapa?. Terakhir yang paling tidak saya suka potret yang satu ini : Gambar ini saya dapat dari internet, Parkir mobil yang seenaknya saja diatas trotoar membuat saya merasa gerah oleh tingkah mereka yang merasa kota ini seolah hanya milik orang-orang yang berduit saja. Padahal saya rasa mereka faham bahwa fungsi trotoar untuk apa. Bingung sama keadaan ini kadang kalau kita tegur merka yang lebih marah..terus dimana dong peran polisi atau mungkinkah itu bukan tugas mereka?. kunjung ke blog saya : http://hidupku-senang.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H