Curah hujan yang cukup tinggi beberapa minggu terakhir di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Deli Serdang, menyebabkan beberapa lokasi terendam genangan air hingga setinggi betis.
Seperti yang diceritakan salah satu warga boru Pane di Desa Sugiharjo Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, bahwa rumah mereka terendam air selama 2 hari lebih dan tidak bisa melakukan aktivitas tentunya ini menimbulkan kesulitan dan kesedihan yang sangat mendalam
Awalnya saya tidak mengetahui berita musibah tersebut karena terputusnya komunikasi dengan nenek Amirah beberapa minggu terakhir. Setelah mendapat informasi dari Evan Afri M.S, salah satu pengurus team Jum’at Berbagi Sugiharjo (JBS), ternyata putusnya komunikasi dengan nenek Amirah disebabkan karena banjir melanda tempat tinggal Amirah dalam beberapa hari bahkan handphonenya juga ikut terendam sehingga rusak dan tidak berfungsi sama sekali.
Setelah mendapat berita tersebut, saya mencoba mendiskusikan dengan pengurus Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Tanah Tinggi, karena mereka juga pernah berkunjung ke rumah Amirah dan mengetahui kondisi keluarga Amirah sampai akhirnya mereka termotivasi untuk berkunjung dan membantu mereka.
Akhirnyanya diputuskan pada hari Ahad (5/12/22) yang lalu, PRA Tanah Tinggi melakukan kunjungan dan menyalurkan bantuan berupa pakaian layak pakai dan makanan kepada beberapa warga khususnya keluarga Amirah di Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
Kegiatan sosial yang diadakan oleh PRA ini, didukung oleh PRM Tanah Tinggi dengan mengerakkan beberapa siswa Tapak Suci Tanah Tinggi untuk membantu pendistribusikan bantuan kepada warga yang terkena musibah.
Sambal Tuktuk & Penyatuan Bahasa Sipirok
Ada hal yang menarik dalam kunjungan ibu-ibu utusan PRA Tanah Tinggi ke rumah Amirah yaitu kegiatan masak-memasak di rumah nenek Amirah. Rencana masak-memasak ini sebenarnya sudah diinformasikan terlebih dahulu ke nenek Amirah. Setelah memastikan semua peralatan masak sudah disiapkan oleh nenek Amirah, maka pagi hari sebelum berangkat para Ibu Aisyiyah tersebut belanja kebutuhan lauk dan sayur di pasar untuk dimasak di rumah nenek Amirah.
Sementara para ibu masak di dapur, para siswa Tapak Suci juga dan yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Saya yang berada di ruang tamu hanya bisa mendengarkan serta memperhatikan mereka berbicara dan kedengaran cukup jelas ternyata mereka menggunakan bahasa daerah yang sama yaitu Bahasa Sipirok tidak terkecuali nenek Amirah menggunakan Bahasa yang sama juga .