Harga beras kini kian meroket, bagaimana tidak harga beras yang tidak kunjung turun menyebabkan masyarakat tidak kuat dalam membeli beras, kebutuhan beras sebagai bahan makanan pokok orang Indonesia tentunya tidak bisa ditinggalkan meskipun ada barang substitusinya. disinyalir yang merupakan salah satu indikasi beras mahal adalah disebakan fenomena El Nino.
Fenomena El Nino menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut dan mengurangi curah hujan diwilayah Indonesia, Fenomena ini menyebabkan Kekeringan yang berkepanjangan dan menyebabkan ketersediaan air untuk pertanian menjadi berkurang. Al hasil Stock produksi beras kita berkurang dari pertanian.
Fenomena El Nino yang diprediksi akan sampai pada tahun 2024.
selain fenomena Elnino, fenomena beras mahal dan langka disebabkan adanya penurunan luas tanam padi dan penurunan produksi gabah yang menyebabkan tingginya harga gabah dan beras baik di tingkat petani, penggilingan, maupun pedagang.
Kenaikan tertinggi harga beras terjadi di tingkat penggilingan dengan rata-rata nasional di harga Rp 12.708 per kg. (Data BPS September 2023)
Bagaimana solusinya ?
Atas Izin Presiden Ir. Joko Widodo, Melalui Ketua Bulog Budi Waseso menyampaikan "Indonesia akan melakukan impor beras ke Cina sebanyak 1 Juta Ton Beras untuk menjaga stabilitas kecukupan beras Januari-Maret 2024."
Bagaimana menurut pendapat kalian dengan fenomena beras mahal disebabkan kebutuhan beras menipis, solusinya adalah impor ?
Harga impor beras/kg lebih murah dibandingkan dengan beras domestik harga varian beras biasa Rp 12.000,- sampai ke beras premium kisaran Rp 16.000-Rp 17.000/kg, jumlah beras yang diimpor dengan jumlah 1 juta ton, bukan jumlah yang sedikit bukan ? asumsinya (1 Ton = 1000 kg), 1000 kg × Rp 12.000 ( Beras murah/kg) Rp 12 Jt/ton ( 12 Jt/ton × 1 Jt ton beras) berapa kira-kira ?
Semua belanja negara diambil dari APBN dan sumber lainnya, kita dukung kebijakan intervensi pemerintah untuk stabilitas kebutuhan pokok terpenuhi asalkan tepat guna dan saran sehingga masyarakat tidak kelaparan bisa menyambung hidup ditengah ekonomi semakin pelik.
(Jamaluddin)