Ketika umat Islam melaksanakan ibadah umrah atau haji, salah satu ritual yang paling mendasar dan simbolis adalah penggunaan ihram. Ihram bukan sekadar pakaian putih yang dikenakan oleh jamaah; lebih dari itu, ihram merupakan manifestasi fisik dan spiritual dari kesetaraan, kesederhanaan, dan kesucian. Dalam konteks ini, terdapat berbagai hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik oleh jamaah saat menggunakan ihram, yang memiliki implikasi mendalam bagi kehidupan sehari-hari.
Ihram mengajarkan kesetaraan dan persaudaraan yang mendalam di antara seluruh jamaah. Dengan mengenakan pakaian yang sama, perbedaan status sosial, ekonomi, dan ras menjadi tidak relevan. Semua jamaah berdiri di hadapan Tuhan sebagai umat yang sama, tanpa ada yang lebih mulia kecuali karena taqwa mereka. Pelajaran ini mengingatkan kita akan pentingnya menghilangkan prasangka dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari, serta memperkuat solidaritas dan empati terhadap sesama.
Ihram juga merupakan simbol kesederhanaan. Dengan keterbatasan pakaian dan larangan terhadap berbagai hiasan dunia, jamaah diajarkan untuk hidup secara sederhana dan merasa puas dengan apa yang dimiliki. Hal ini mengajarkan kita untuk mengurangi ketergantungan terhadap materialisme dan lebih menghargai nilai-nilai spiritual serta hal-hal sederhana dalam kehidupan. Kesederhanaan membantu kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan memberikan perspektif baru tentang kebahagiaan yang sejati.
Penggunaan ihram juga mensyaratkan keadaan ihram, yang tidak hanya terbatas pada pakaian, tetapi juga pada perilaku dan keadaan hati. Ini mencakup larangan-larangan seperti tidak boleh marah, tidak boleh berburu, tidak boleh memotong rambut atau kuku, dan lain-lain, yang semuanya bertujuan untuk menjaga kesucian fisik dan spiritual. Hal ini mengajarkan disiplin diri, kontrol atas nafsu, dan kepentingan menjaga kesucian dalam tindakan dan pikiran. Pelajaran ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui peningkatan kesadaran spiritual dan etika dalam berperilaku.
Proses ihram mendorong refleksi diri dan evaluasi ulang terhadap nilai-nilai dan prioritas hidup. Dengan menjauh dari kesibukan dan kemewahan dunia, jamaah diberi kesempatan untuk berkontemplasi, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Momen-momen ini memberikan kesempatan untuk pemurnian diri dan peningkatan spiritualitas, mengingatkan kita pada tujuan hidup yang sebenarnya dan mendorong kita untuk hidup lebih bermakna.
Pengalaman menggunakan ihram dan menjalani ritual haji atau umrah mengajarkan kesabaran dan ketabahan. Jamaah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keramaian, panas, hingga kelelahan fisik. Pelajaran ini mengingatkan kita bahwa kehidupan sering kali penuh dengan cobaan dan bahwa kesabaran serta ketabahan adalah kunci untuk mengatasi kesulitan tersebut.
Demikian penjelasan Dr. Ir. Jamaaluddin, MM. saat memberikan pengajian kepada seluruh jamaah Umrah KBIHU Jabal Nur Sidoarjo ketika akan memulai Ihram dari Madinah. Umrah 13 Hari pada tanggal 20 Januari 2024 sampai dengan 1 Pebruari 2024 diikuti oleh 40 jamaah. Jamaah berasal dari berbagai daerah disekitaran Jawa Timur. Ustadz Handono, LC saat yang bersamaan juga menjelaskan masalah teknis keberangkatan dari Madinah menuju ke Makkah.
"Kesimpulannya, ihram bukan hanya pakaian; itu adalah guru yang mengajarkan kesetaraan, kesederhanaan, kesucian, refleksi diri, dan ketabahan. Pelajaran-pelajaran ini relevan tidak hanya saat menjalani ibadah haji atau umrah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, memberi kita perspektif baru tentang bagaimana seharusnya kita hidup dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita", pungkas Jamaaluddin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H