Lihat ke Halaman Asli

Telecommuting menjadi solusi kemacetan

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Telecommuting Menjadi Solusi Kemacetan

Kemacetan menjadi persoalan yang kritis di kota-kota besar, terutama di Jakarta. Oto.detik.com pada 19 juni 2012 melaporkan data dari Ditlantas Polda Metro Jaya bahwa dalam sehari ada 11.342. 396 unit kendaraan yang setiap kendaraan membutuhkan bahan bakar sebesar 3 liter per hari. Semua itu dapat dikonfersikan bahwa setiap hari penduduk Jakarta ‘membakar uang’ sebesar Rp 153.392.346.000. Jika dikonfesikan ke dalam ukuran waktu maka warga Jakarta hidup di jalan selama 1 bulan per tahun sama dengan waktu efektif kerja selama 3 bulan. Untuk melihat kondisi gambaran kemacetan di Jakarta silahkan klik di :  http://www.youtube.com/watch?v=XRrgHFmIUpg. Memang perlu disadari bahwa kemacetan itu tidak hanya disumbang oleh orang yang berangkat kerja tetapi oleh banyak aktifiitas yang lain seperti pergi ke sekolah dan aktifitas yang lain. Namun tetap bahwa upaya penyelesian satu aktifitas berkait dengan dunia kerja dapat mengurangi kemacetan yang ada.

Kemacetan disamping menimbulkan kerugian ekonomis, juga menimbulkan stress. Kreitner dan Kinickimendefinisikan stres sebagai respon adiktif yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekternal. Stress serta depresi gara-gara terjebak macet di jalan, menurut banyak penelitian, bias berakibat fatal pada tubuh kita. Salah satu organ penting yang sangat mungkin terimbas adalah otak. ( http://www.tnol.co.id/bugar/13855-stress-gara-gara-macet-awas-otak-anda.html ). Sondang Siagian menyatakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak bisa di atasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan orang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun lingkungan luarnya. Artinya, karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerja.

Melihat semua itu, harus ada pemikiran radikal dalam pola kerja di Jakarta. Pola kerja yang sekarang ini adalah ‘time base’ yang menuntut orang untuk datang ke kantor dalam rentang waktu tertentu dan berkumpul ditempat kerja. Hal ini membuat semua orang berangkat kerja dan pulang kerja dalam waktu yang  bersamaan dan pasti menimbulkan kemacetan. Pola kerja yang baru adalah ‘taks base’, pekerjaan tidak dihitung berdasar jam kerja tetapi berdasar penyelesian tugas dengan target waktu tertentu dan karyawan tidak harus berkumpul disatu tempat tetapi dapat mengerjakan pekerjaan itu dimanapun. Sebagai gambaran apa itu telecommuting silahkan klik di    http://www.youtube.com/watch?v=CSXt6GIIBt0 .

Tugas Mata Kuliah Sistem Manajemen Informasi

Grup Transformasi

·Julianto

·Sundoyo

·Wilis Herdiati




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline