Lihat ke Halaman Asli

Peran Media Sosial dalam Penyebaran Hoaks dan Ujaran Kebencian yang Melanggar Hak Asasi Manusia

Diperbarui: 24 Januari 2025   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Media sosial, yang pada awalnya diciptakan sebagai platform untuk menghubungkan orang-orang, kini telah bertransformasi menjadi salah satu saluran utama penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Dengan akses yang mudah dan jangkauan yang luas, platform-platform ini sangat efektif dalam menyebarkan informasi, baik yang benar maupun yang salah. Sayangnya, banyak pihak memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi palsu yang dapat memicu konflik sosial, perpecahan, bahkan kekerasan. Ujaran kebencian terhadap kelompok tertentu juga semakin marak, melanggar hak asasi manusia atas kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab dan hak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif.

Masalah ini menjadi semakin rumit dengan adanya polarisasi politik dan sosial yang kian meningkat di berbagai belahan dunia. Informasi yang bertentangan dengan pandangan kelompok tertentu sering kali ditolak dan dianggap sebagai hoaks, memperparah keadaan yang sudah ada. Selain itu, rendahnya tingkat literasi digital di masyarakat menjadi faktor yang mempermudah penyebaran hoaks. Banyak individu yang tidak memiliki kemampuan untuk membedakan informasi yang benar dan salah, sehingga mereka dengan mudah percaya dan menyebarkan informasi yang tidak akurat.

Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi pemerintah dan masyarakat. Meskipun terdapat berbagai upaya untuk mengatur penggunaan media sosial, seperti Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) di Indonesia, penerapannya seringkali dianggap terlalu luas dan berpotensi membatasi kebebasan berekspresi. Ditambah lagi, kecepatan penyebaran informasi di media sosial sering kali menyulitkan proses penegakan hukum.

Contoh kasus konkret di Indonesia:

Pilkada DKI Jakarta: Pada Pilkada DKI Jakarta beberapa tahun lalu, media sosial menjadi arena pertarungan opini yang sangat sengit. Berbagai hoaks dan ujaran kebencian yang berbau SARA tersebar luas, memicu perpecahan dan polarisasi di antara masyarakat.

Pandemik Covid-19: Selama pandemi Covid-19, banyak hoaks yang beredar terkait dengan virus, vaksin, dan penanganan pemerintah. Hoaks-hoaks ini tidak hanya menimbulkan kepanikan, tetapi juga menghambat upaya pemerintah dalam mengatasi pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline