Lihat ke Halaman Asli

Abdul Jalil

suka tantangan dan hiburan

Nurani di Tengah Wabah Covid-19

Diperbarui: 16 April 2020   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga Kota Madiun memasak makanan bagi tetangganya yang terdampak Covid-19. (Jalil)

Pandemi Covid-19 benar-benar membuat orang resah dan bingung. Tidak hanya orang kalangan bawah yang resah, tapi golongan menengah ke atas juga ikut megap-megap gegara wabah yang tak kunjung usai ini.

Perusahaan-perusahaan yang awalnya sehat, tiba-tiba jadi sakit dan akhirnya memutus hubungan kerja dengan para pekerjanya. Alasannya tak lain karena perusahaan sudah merugi, karena tak ada pemasukan.

Akhir Maret lalu, saya mengunjungi beberapa mal di Kota Madiun. Seperti yang saya duga, mal yang biasanya ramai dan sesak dipenuhi orang berbelanja. Selama serangan Covid-19 berlangsung, mal-mal menjadi tempat yang amat sepi dan lengang. Gerai-gerai pada tutup. Karyawan dirumahkan.

"Pengunjung sekarang turun lebih dari 70%. Kalau wabah masih terus terjadi, bisa jadi pengunjung akan habis," kata seorang manajer mal.

Perhotelan juga dihajar habis-habisan oleh corona. Bahkan beberapa hotel berbintang terpaksa menutup operasional karena tak ada tamu yang menginap. Lihat saja di aplikasi pesan hotel, semacam Traveloka, hotel bintang empat dan bintang lima benar-benar banting harga. Kalian yang ingin merasakan nikmatnya tidur di hotel bintang lima seharga bintang dua, mungkin inilah saatnya.

Bisnis transportasi juga dibuat babak belur oleh corona. Transportasi yang tak memiliki kompetitor semacam KAI, juga habis. Puluhan bahkan seratusan perjalanan kereta api dibatalkan selama masa pandemi. Ini rugi berapa triliun ya?

Transportasi udara juga sama. Apalagi Covid-19 ini menjadi pandemi global. Tentu saja penerabangan dengan tujuan luar negeri juga banyak yang dibatalkan.

Bahkan, transportasi yang merakyat semacam bus juga ngos-ngosan. Beberapa pekan lalu, saya naik bus dari Kebumen ke Jogja dengan bus Efisiensi. Pengelola mengatakan kalau bus yang beroperasi sudah dikurangi hampir 50%. Entah sekarang sudah bertambah berapa lagi yang dikurangi. Yang jelas jumlah penumpang turun drastis.

Tidak hanya itu, bisnis masyarakat kecil juga kena imbas. Kebijakan pemerintah yang kadang membingungkan juga ikut andil semakin mempercepat kematian bisnis rakyat kecil.

Banyak usaha-usaha kecil rakyat gulung tikar selama pandemi. Ya karena tidak ada yang beli. Daya beli masyarakat rendah. Selain juga kebijakan abu-abu dari pemerintah. Meskipuan saat ini pemerintah sudah sedikit memberikan keluasaan bagi para pedagang, dengan catatan tidak boleh ada yang tongkrongan dan makanan atau minuman harus dibungkus.

Pada saat awal-awal wabah ini terjadi, masih teringat beberapa barang yang langka di pasaran, yakni masker dan handsanitizer. Entah barang-barang itu lenyap di mana. Meskipun ada yang jual, harganya pun selangit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline