Lihat ke Halaman Asli

Gagal itu Hanya Persepsi Kita

Diperbarui: 28 Maret 2017   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah masalah itu sudah hal biasa bagi manusia yang merasa dirinya hidup. Karena pada esensinya kehidupan adalah sebuah ladang yang di dalamnya terdapat tantangan, kesedihan, kebahagiaan, kesulitan, kemudahan, dan sebagainya. Maka dari itu, jika ada seseorang yang tidak mau mendapat masalah dalam hidupnya, maka orang itu telah mengindikasikan bahwa sebenarnya dirinya tidak begitu tertarik untuk hidup. Masalah itu sebenarnya adalah sebuah tantangan yang harus kita selesaikan bukan dihindari, menghindari masalah berarti menambah masalah.

Begitu banyak orang yang satu kali mendapat masalah (dalam hal karir, pendidikan, perekonomian, dll), ia langsung memfonis dirinya sebagai orang yang gagal. Bahkan pikirannya berlarut-larut dalam keterpurukan, dia mengatakan bahwa dirinya tidak akan meraih suatu kesuksesan. Padahal ketika kita mengalami satu kali jatuh (gagal sementara), maka pada dasarnya kita telah melewati tahap pertama menuju kesuksesan. Ketika kita mengalami jatuh yang kedua, maka kita telah melewati tahap kedua menuju kesuksesan, begitu pun seterusnya, semakin banyak kita mengalami kegagalan (sementara), maka semakin dekat pula jarak kita dengan sebuah kesuksesan.

Kalau saya ilustrasikan perjalanan menuju sukses itu ibarat seseorang yang berjalan dari suatu tempat menuju ke tempat yang lain. Tempat yang ia tuju sebagai sebuah kesuksesan, sedangkan jalan yang berlubang adalah sebuah masalah/tantangan yang harus ia lalui. Katakanlah jalan menuju tempat yang ia tuju terdapat 7 lubang. Ketika ia melewati lubang pertama maka ia telah melewati satu tahap menuju tempat tujuan. Dan ketika ia melewati lubang kedua, maka ia telah menyelesaikan tahap kedua menuju tempat tujuan, dan seterusnya. Semakin banyak lubang yang ia lalui maka semakin sedikit lubang yang akan ia jumpai pada perjalanan berikutnya, dan tentu semakin dekat jarak menuju tempat yang ia tuju.

Dan adapun yang sangat memperihatinkan adalah ketika ada seseorang yang sudah melewati lubang ke-6 namun kemudian ia berbalik arah, karena dirinya yakin bahwa tidak akan mampu mencapai tempat yang ia tuju. Sayang sekali bukan??? Padahal ia hanya tinggal satu lubang lagi yang harus dilewati setelah itu ia akan sampai ke tempat tujuan, kenapa ia tidak melanjutkannya.

Kesimpulannya adalah “semakin banyak kegagalan yang kita lewati maka semakin dekat jarak kita menuju kesuksesan”.

Wallahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline