Lihat ke Halaman Asli

Belajar untuk "Belajar"

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

20140816_103542

"Education is the leading of human souls to what is best, and making what is best out of them" - John Ruskin. Rasanya melalui kalimat itu jualah ingin aku sampaikan harapan terdalamku untuk arah pendidikan kita. Pendidikan membantu jiwa manusia untuk menemukan yang "terbaik". (Eh, begitu tidak ya maksudnya, -,-a Bahasa Inggris lemah :D). Pendidikan jika mengungkap masalah kesetaraan dan pemerataan kualitas, maka jelas tidak akan ada habisnya, terus saja merasa tidak "adil". Akhir-akhirnya kalau tidak menyalahkan pemerintah, ya guru, ya mana-mana. Tapi mari kita coba lihat ke dalam diri kita sendiri, apa yang bisa kita lakukan? Jika kita mau melihat sisi lain dari belum "adil"nya penyelenggaraan pendidikan, kita akan dapat memahami lebih banyak pelajaran kehidupan.

Pendidikan di kota dengan di desa, tidak perlu dijelaskan panjang lebar kali tinggi (nanti meluap isi baknya :D), jelas banyak ketimpangan, beda, dari segi sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikannya, partisipasi masyarakatnya, dan sebagainya. Tapi, jika melihat pelaku di dalamnya, bukankah kita sama, sama-sama manusia, memiliki jiwa. Maka, di mana pun tempatnya, siapa pun, bagaimana pun keadaannya, setiap kita itu unik, kita tidak harus selalu menjadi "sama", yang terpenting pendidikan itu mampu membantu kita menemukan "siapa kita". Sekolah di desa-desa, dengan keterbatasan yang ada, justru terkadang membuat anak-anak lebih peka dan bijaksana dalam memandang suatu permasalahan, lebih semangat dan berkembang, sangat dipengaruhi  juga dari peran orangtua, guru, dan masyarakat di mana ia tumbuh. Pelajaran seperti ini tak bisa kudapatkan di kelas, tapi aku sendiri harus keluar, mengamati sendiri ke desa-desa. Banyak sekali pelajaran dari "sekolah kehidupan" ini memberiku pemahaman akan hakikat pendidikan. Maka sayang sekali jika kita "terlena" dengan "terkotak" di dalam ruang kelas, sedang kita kaku dengan fakta.

Sejalan dengan itu, beberapa hal yang aku pahami dari pendidikan yang benar yaitu bahwa pendidikan bukanlah membantu seseorang menemukan karir, bukan sekedar mengumpulkan keterangan dari Pak/ Bu Guru, belajar matematika dari sebuah buku, atau belajar tanggal-tanggalnya dari sejarah, dan adat istiadat, melainkan pendidikan adalah untuk membantu kita memahami permasalahan-permasalahan pada saat timbulnya. Sedang untuk dapat mencapai itu, dibutuhkan batin yang baik, tajam, pasti, teliti, dan sehat. Itulah mengapa yang harus diarahkan adalah jiwa, karena batin yang baik, tajam, pasti, teliti, dan sehat itu pelakunya adalah jiwa. Hmm... "begin to see yourself as a soul with a body rather than a body with a soul" - Wayne Dyer. Nah, kalo begini, tidak perlu menyalahkan sana-sini.

20140816_092651

Pendidikan yang benar ialah untuk membantu kita menemukan sendiri apa yang sungguh-sungguh dengan sepenuh hati dengan rasa cinta kita lakukan. Tidak peduli apa itu, apakah memasak, menjadi tukang kebun, atau petani tetapi kita mencurahkan batin dan hati kita kepadanya. Sekolah ini haruslah menjadi suatu tempat di mana kita dibantu untuk menemukan sendiri, melalui diskusi, dengan mendengarkan, dengan keheningan, untuk menemukan, sepanjang hidup kita apa yang sungguh-sungguh kita lakukan dengan rasa "cinta".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline