"Kami menolak dikarantina"
"Saya menolak jaga jarak, masa sih dalam satu mobil pun harus dipisahkan dengan isteri saya?""
"Kami menolak pembatasan ibadah. Urusan hidup mati biarlah Tuhan"
"Memangnya pemerintah Jokowi hanya mengurusi corona"
Dan masih banyak penolakan terhadap kebijakan pemerintah untuk pencegahan dan penanganan virus korona covid19.
Untuk melawan covid19 Pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan agar pandemic covid19 tidak memakan lebih banyak nyawa. Seperti PSPB, social distancing, cuci tangan pakai sabun, pakai masker, pengaturan jam kerja kantor, penghentian penerbangan, penutupan sejumlah rumah makan, pasar, pusat perbelanjaan dan sebagainya.
Meski berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah, sampai hari ini (31/5) pasien terus bertambah di Indonesia. Menurut data gugus tugas covid19 jumlah orang positif mencapai 26.473 orang; meninggal 1.623 orang dan jumlah sembuh 7.308 orang.
Saya tidak bisa membayangkan berapa ratus ribu orang yang terpapar virus ini seandainya pemerintah tidak membuat kebijakan tersebut. Menurut saya, tindakan pemerintah sudah benar dan memang harus didukung.
Celakanya, masih ada, bahkan cukup banyak, orang yang mencari panggung, cari muka, mencari popularitas dengan isu virus corona ini dengan memprotes tindakan pemerintah tentang pembatasan, pengaturan, pelarangan virus corona yang belum ada vaksinya ini.
Ada juga orang yang bermain dengan virus corona ini dengan semacam berlomba-lomba seolah menjadi pahlawan dengan menyebarkan hoax tentang virus corona melalui aneka jenis media sosial.
Seolah berlomba ingin menjadi pahlawan sebagai orang pertama yang mengetahui bahwa si A, si C positif terpapar virus korona. Padahal ia baru mendengar kata si A...menurut si B. Tanpa meng-cross check kepada yang bersangkutan atau keluarganya, tapi sudah menyebarkan isu. Betapa berat beban sosial yang ditanggung keluarga si A, si B yang dituduh positif covid19.