Bagi Anda yang pernah ke Toraja dan berkunjung ke lembo, (pekuburan orang Toraja) pastilah setuju dengan judul tulisan saya ini. Kesan yang tertinggal setelah mengunjungi lembo di Tana Toraja, kita diajarkan untuk akrab dengan kuburan. Ketika pertama kali bulan April 2015 silam melihat tulang belulang dan tengkorak, saya seolah tidak percaya dan merinding juga. Namun karena ada ratusan orang disana, ketakutan saya pelan-pelan hilang. Maklum saja, pekuburan-pekuburan tua ini menjadi obyek wisata.
Tradisi yang sangat bertolak belakang terjadi dalam masyarakat saya, masyarakat Dayak. Bagi kami pekuburan itu tempat yang angker, menakutkan sehingga jika tidak ada warga yang meninggal maka tidak ada orang yang berani ke kuburan, baik kuburan baru maupun kuburan lama.Bahkan karena tabu ke pekuburan, maka pekuburan-pekuburan masyarat Dayak terlihat menjadi semak belukar jika sudah lama tidak ada warganya yang berpulang. Sebab hanya ketika ada yang berpulang barulah orang bersih-bersih pekuburan.
Tapi itulah salah satu perbedaan budaya Dayak dan Toraja. Tentu budaya ini makin memberkaya kita, warga Indonesia khususnya.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI